Pelaksanaan Diskusi Kelompok
ABSTRAK
ABSTRAK
Penelitian tindakan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Monolog Role Playing for Discussion dalam meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran IPS. Salah satu faktor penting pemakaian model pembelajaran ini karena pada kompetensi dasar tentang masalah perpajakan perlu mendapat penekanan tertentu. Hal ini diperlukan karena apresiasi siswa SMP N 2 Panjatan mengenai masalah perpajakan masih rendah. Diharapkan dengan tingkat apresiasi yang baik terhadap permasalahan perpajakan dapat menjadi bekal hidup bermasyarakat.
Penelitian tindakan ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2009 pada kelas VIII SMP N 2 Panjatan Kulon Progo, dan dilaksanakan dalam dua siklus. Pelaksanannya melalui tahapan : menentukan kompetensi dasar masalah perpajakan, menyusun RPP tentang perpajakan, menentukan instrumen yang akan dipakai sebagai tolok ukur pencapaian, menentukan dan melaksanakan model pembelajaran Monolog Role Playing for Discussion yang dibagi menjadi tiga tahap : pelaksanaan bermain peran dan diskusi kelompok, analisa keberhasilan dan kekurangannya dan kesimpulan.
Penelitian tindakan ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2009 pada kelas VIII SMP N 2 Panjatan Kulon Progo, dan dilaksanakan dalam dua siklus. Pelaksanannya melalui tahapan : menentukan kompetensi dasar masalah perpajakan, menyusun RPP tentang perpajakan, menentukan instrumen yang akan dipakai sebagai tolok ukur pencapaian, menentukan dan melaksanakan model pembelajaran Monolog Role Playing for Discussion yang dibagi menjadi tiga tahap : pelaksanaan bermain peran dan diskusi kelompok, analisa keberhasilan dan kekurangannya dan kesimpulan.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan model pembelajaran Monolog Role Playing for Discussion dapat meningkatkan minat belajar siswa kompetensi dasar perpajakan. Hal ini dapat dilihat dari hasil catatan observasi, peningkatan nilai pre tes maupun pos tes baik pada siklus kesatu maupun kedua maupun dari hasil angket siswa.
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Apabila kita mendalami pelaksanaan pembelajaran IPS di SMP saat ini ternyata ada beberapa kompetensi dasar IPS yang diharapkan mampu membekali siswa dalam kehidupan sosialnya di masyarakat nantinya. Penyampaian pada kompetensi-kompetensi dasar tertentu perlu mendapat penajaman dalam penyampaiannya dengan tujuan agar siswa mempunyai minat dsn tingkat pemahaman yang lebih baik dari nilai-nilai yang diharapkan dari kompetensi dasar tersebut. Oleh karena itu kreatifitas dan inovasi pembelajaran sangat dibutuhkan bagi guru-guru IPS.
Kompetensi Dasar tentang "Fungsi Pajak dalam Perekonomian Nasional" yang terdapat pada semester 2 kelas VIII, merupakan KD yang perlu mendapat penajaman dalam penyampaian kepada siswa. Hal tersebut sangat diperlukan mengingat pemahaman siswa tentang masalah perpajakan masih rendah. Diharapkan dengan pelaksanaan berbagai motivasi pembelajaran dapat menumbuhkan minat siswa untuk mempelajari masalah perpajakan sehingga suatu saat nanti diharapkan setelah bermasyarakat merupakan individu yang sadar tentang pentingnya masalah pajak bagi perekonomian negara.
Berdasarkan asumsi di atas, maka dilaksanakan penelitian tindakan ini. Dengan menggunakan metode "Monolog Role Playing for Discussion" kepada siswa disajikan beberapa contoh pelaku ekonomi yang juga merupakan anggota masyarakat dalam menghadapi dan melaksanakan kebijakan-kebijakan perpajakan pemerintah. Selanjutnya dari hasil pengamatan akan nampak berbagai perilaku sosial dari beberapa tokoh tersebut yang akan menjadi bahan diskusi kelompok siswa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan beberapa faktor yang menjadi latar belakang masalah dalam pembelajaran IPS Kelas VIII "Fungsi Pajak dalam perekonomian Nasional" dapat disajikan menjadi rumusan masalah sebagai berikut : "Apakah penerapan model pembelajaran Monolog Role Playing for Discussion dapat meningkatkan minat siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Panjatan terhadap mata pelajaran IPS".
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.
1. Tujuan : untuk mengetahui penggunaan model pembelajaran Monolog Role Playing for Discussion (MRPD) dalam meningkatkan minat siswa kelas VIII SMP N 2 Panjatan terhadap mata pelajaran IPS.
2. Manfaat : Bagi siswa, dapat mengembangkan ketrampilan berpikir siswa dalam memahami konsep-konsep IPS. Bagi guru, dapat membandingkan efektifitas dalam pemakaian berbagai metode pembelajaran. Bagi sekolah, peningkatan kinerja para guru yang akan meningkatkan prestasi belajar siswa.
D. Kajian Teori dan Pustaka
1. Kerangka Teoritik.
Motivasi : mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia (Dimyati : 1994, 175)
Minat : kecenderungan tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai rasa senang (Slameto, 1995, 57)
faktor psikologi anak : pada usia remaja anak berada pada masa yang disebut "masa operasi formal". Pada masa itu remaja telah berpikir dengan mempertimbangkan hal yang "mungkin" disamping hal yang "nyata". Pada masa usia remaja ini anak sudah dapat berpikir abstrak (Sunarto dan Agung Hartono : 2006, 104).
2. Model Pembelajaran
Pengertian model MRPD dapat dibagi kedalam dua pengertian utama yaitu "Monolog Role Playing" dan "Discussion". Metode role playing dapat diartikan suatu cara penguasaan bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankan tokoh hidup atau mati. Pelaksanaan role playing juga dapat dilakukan dengan mengangkat berita aktual yang terkait dengan pokok pembahasan, selanjutnya menunjuk dua orang atau lebih untuk memerankan karakter tokoh yang berbeda, keduanya berdialog, peserta lainnya menjawab, guru meminta pemeran untuk menceritakan perasaannya, guru meminta komentar siswa lainnya (M Nurdin, 2004 : 104-110
dalam http://Syaharudin, wordpress.com : 2)
Apabila bermain peran tersebut dimainkan seorang siswa dengan memerankan seorang tokoh yang mengutarakan sebagian pengalaman hidupnya kepada orang lain dengan cara melakukan pembicaraan dengan dirinya sendiri atau sebagai pelaku tunggal yang membawakan percakapan, maka hal tersebut merupakan pelaksanaan "monolog role playing"
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan beberapa faktor yang menjadi latar belakang masalah dalam pembelajaran IPS Kelas VIII "Fungsi Pajak dalam perekonomian Nasional" dapat disajikan menjadi rumusan masalah sebagai berikut : "Apakah penerapan model pembelajaran Monolog Role Playing for Discussion dapat meningkatkan minat siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Panjatan terhadap mata pelajaran IPS".
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.
1. Tujuan : untuk mengetahui penggunaan model pembelajaran Monolog Role Playing for Discussion (MRPD) dalam meningkatkan minat siswa kelas VIII SMP N 2 Panjatan terhadap mata pelajaran IPS.
2. Manfaat : Bagi siswa, dapat mengembangkan ketrampilan berpikir siswa dalam memahami konsep-konsep IPS. Bagi guru, dapat membandingkan efektifitas dalam pemakaian berbagai metode pembelajaran. Bagi sekolah, peningkatan kinerja para guru yang akan meningkatkan prestasi belajar siswa.
D. Kajian Teori dan Pustaka
1. Kerangka Teoritik.
Motivasi : mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia (Dimyati : 1994, 175)
Minat : kecenderungan tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai rasa senang (Slameto, 1995, 57)
faktor psikologi anak : pada usia remaja anak berada pada masa yang disebut "masa operasi formal". Pada masa itu remaja telah berpikir dengan mempertimbangkan hal yang "mungkin" disamping hal yang "nyata". Pada masa usia remaja ini anak sudah dapat berpikir abstrak (Sunarto dan Agung Hartono : 2006, 104).
2. Model Pembelajaran
Pengertian model MRPD dapat dibagi kedalam dua pengertian utama yaitu "Monolog Role Playing" dan "Discussion". Metode role playing dapat diartikan suatu cara penguasaan bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankan tokoh hidup atau mati. Pelaksanaan role playing juga dapat dilakukan dengan mengangkat berita aktual yang terkait dengan pokok pembahasan, selanjutnya menunjuk dua orang atau lebih untuk memerankan karakter tokoh yang berbeda, keduanya berdialog, peserta lainnya menjawab, guru meminta pemeran untuk menceritakan perasaannya, guru meminta komentar siswa lainnya (M Nurdin, 2004 : 104-110
dalam http://Syaharudin, wordpress.com : 2)
Apabila bermain peran tersebut dimainkan seorang siswa dengan memerankan seorang tokoh yang mengutarakan sebagian pengalaman hidupnya kepada orang lain dengan cara melakukan pembicaraan dengan dirinya sendiri atau sebagai pelaku tunggal yang membawakan percakapan, maka hal tersebut merupakan pelaksanaan "monolog role playing"
Bagian kedua adalah pengertian "discussion" yang dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan belajar dengan melakukan pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai suatu permasalahan.Permasalahan-permasalahan yang dibahas adalah permasalahan yang dilontarkan pada saat pelaksanaan "role playing"
Metode MRPD dapat diartikan sebagai bentuk penggabungan antara pelaksanaan monolog role playing dan discussion. Hasil kegiatan pada saat role playing akan menjadi bahan diskusi kelompok. Hasil pembelajaran dari kegiatan pada saat monolog role playing dapat berupa berbagai macam sikap siswa terhadap tindakan para pelaku atau tokoh yang ditampilkan dalam kehidupan sosialnya. Sedang hasil kegiatan diskusi kelompok merupakan hasil tanggapan siswa terhadap kegiatan sosial yang dilakukan para pelaku atau tokoh dalam bermain peran.
Metode MRPD dapat diartikan sebagai bentuk penggabungan antara pelaksanaan monolog role playing dan discussion. Hasil kegiatan pada saat role playing akan menjadi bahan diskusi kelompok. Hasil pembelajaran dari kegiatan pada saat monolog role playing dapat berupa berbagai macam sikap siswa terhadap tindakan para pelaku atau tokoh yang ditampilkan dalam kehidupan sosialnya. Sedang hasil kegiatan diskusi kelompok merupakan hasil tanggapan siswa terhadap kegiatan sosial yang dilakukan para pelaku atau tokoh dalam bermain peran.
Adapun langkah-langkah model pembelajaran MRPD dibagi dalam lima tahap : Pertama, merupakan perencanaan guru dengan menentukan beberapa tokoh dengan sikap dan watak yang bebeda dalam menanggapi masalah perpajakan. Kedua, memilih para siswa yang akan ditunjuk menjadi pemeran tokoh yang tertulis dalam skenario dengan berbagai sikap sosialnya yang berbeda dalam menanggapi masalah perpajakan. Tahap ketiga, merupakan pelaksanaan monolog yang dilakukan siswa yang telah ditunjuk guru sementara siswa lainnya memperhatikan dan mencocokkan atau menyesuaikan dengan sikapnya sendiri. Tahap keempat adalah pelaksanaan diskusi dengan materi yang ada dalam kegiatan role playing sebelumnya. Pada tahap keempat ini akan nampak berbagai tanggapan siswa yang merupakan hasil penyesuaian sikap tokoh/pelaku dalam role playing dengan sikap siswa/kelompok masing-masing. Tahap kelima berupa kesimpulan kelompok yang merupakan sikap kelompok terhadap beberapa masalah yang dilakukan para subjek pajak yang ditampilkan para tokoh.
Pelaksanaan model pembelajaran ini diharapkan dapat mengembangkan sikap siswa terhadap masalah-masalah perpajakan kearah sikap yang positif sehingga menjadi generasi yang sadar betapa pentingnya masalah perpajakan bagi kemajuan bangsa. Dengan menanamkan sikap positif sejak dini terhadap para siswa tentang masalah perpajakan diharapkan nantinya akan tumbuh menjadi generasi yang lebih baik pemahamannya terhadap masalah perpajakan.
3. Tindakan Yang Akan Dilakukan
a. Konsep Teoritik
Pelaksanaan model belajar MRPD merupakan pelaksanaan pembelajaran dengan menampilkan para siswa yang ditunjuk untuk memerankan tokoh-tokoh tertentu. Para siswa dalam menampilkan para tokoh tersebut berusaha untuk membawakan watak yang sebenarnya dari para tokoh. Berbeda dengan role playing pada umumnya, monolog role playing merupakan bentuk dialog seorang tokoh dalam menanggapi suatu permasalahan tertentu. Dari tampilan beberapa watak dan sikap tersebut akan menjadi bahan diskusi kelompok. Diharapkan akan muncul beberapa tanggapan dengan berbagai argumen yang disesuaikan dengan sikap masing-masing individu maupun kelompok.
b. Prosedur Penelitian
Penelitian yang akan dilaksanakan terdiri dua siklus dengan KD yang sama tetapi dengan materi yang berbeda. Pada siklus kesatu pembelajaran dilaksanakan dengan metode monolog role playing for discussion dengan materi "Cara Menghitung Besaran Pajak Proporsional". Dari kegiatan pelaksanaan pada siklus pertama dicatat hasilnya oleh guru kolaborator untuk mengetahui seberapa besar partisipasi siswa dalam pembelajaran. Instrumen lain yang dipakai untuk mengetahui minat siswa yaitu dengan membagikan angket kepada siswa. Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan tes/evaluasi akhir yang hasilnya akan dibandingkan dengan tes awal dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Setelah selesai kegiatan siklus pertama, kemudian dilaksanakan refleksi dengan guru kolaborator tentang kelemahan-kelemahan pelaksanaan siklus pertama.
c. Hipotesa Tindakan
Berdasarkan konsepsi teoritik dan prosedur pelaksanaan yang direncanakan, dapat dirumuskan hipotesa sebagai berikut : Apakah penerapan model pembelajaran Monolog Role Playing forDiscussion dapat meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran IPS.
Pelaksanaan model pembelajaran ini diharapkan dapat mengembangkan sikap siswa terhadap masalah-masalah perpajakan kearah sikap yang positif sehingga menjadi generasi yang sadar betapa pentingnya masalah perpajakan bagi kemajuan bangsa. Dengan menanamkan sikap positif sejak dini terhadap para siswa tentang masalah perpajakan diharapkan nantinya akan tumbuh menjadi generasi yang lebih baik pemahamannya terhadap masalah perpajakan.
3. Tindakan Yang Akan Dilakukan
a. Konsep Teoritik
Pelaksanaan model belajar MRPD merupakan pelaksanaan pembelajaran dengan menampilkan para siswa yang ditunjuk untuk memerankan tokoh-tokoh tertentu. Para siswa dalam menampilkan para tokoh tersebut berusaha untuk membawakan watak yang sebenarnya dari para tokoh. Berbeda dengan role playing pada umumnya, monolog role playing merupakan bentuk dialog seorang tokoh dalam menanggapi suatu permasalahan tertentu. Dari tampilan beberapa watak dan sikap tersebut akan menjadi bahan diskusi kelompok. Diharapkan akan muncul beberapa tanggapan dengan berbagai argumen yang disesuaikan dengan sikap masing-masing individu maupun kelompok.
b. Prosedur Penelitian
Penelitian yang akan dilaksanakan terdiri dua siklus dengan KD yang sama tetapi dengan materi yang berbeda. Pada siklus kesatu pembelajaran dilaksanakan dengan metode monolog role playing for discussion dengan materi "Cara Menghitung Besaran Pajak Proporsional". Dari kegiatan pelaksanaan pada siklus pertama dicatat hasilnya oleh guru kolaborator untuk mengetahui seberapa besar partisipasi siswa dalam pembelajaran. Instrumen lain yang dipakai untuk mengetahui minat siswa yaitu dengan membagikan angket kepada siswa. Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan tes/evaluasi akhir yang hasilnya akan dibandingkan dengan tes awal dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Setelah selesai kegiatan siklus pertama, kemudian dilaksanakan refleksi dengan guru kolaborator tentang kelemahan-kelemahan pelaksanaan siklus pertama.
c. Hipotesa Tindakan
Berdasarkan konsepsi teoritik dan prosedur pelaksanaan yang direncanakan, dapat dirumuskan hipotesa sebagai berikut : Apakah penerapan model pembelajaran Monolog Role Playing forDiscussion dapat meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran IPS.
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
A. Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini direncanakan secara kolaboratif dengan sesama guru IPS yang mempunyai latar belakang pendidikan formal IPS Sejarah dan Geogravi. Dilaksanakan dua siklus. Pada masing-masing akhir siklus dilaksanakan refeksi untuk mengetahui seberapa besar partisipasi siswa dalam pembelajaran. Dengan mengetahui tingkat partisipasi siswa tersebut selanjutnya akan dipakai sebagai ganbaran untuk mengetahui besarnya minat siswa terhadap pembelajaran. Adapun langkah-langkah perencanaan prosedur penelitian secara terinci adalah sebagai berikut :
Penelitian tindakan kelas ini direncanakan secara kolaboratif dengan sesama guru IPS yang mempunyai latar belakang pendidikan formal IPS Sejarah dan Geogravi. Dilaksanakan dua siklus. Pada masing-masing akhir siklus dilaksanakan refeksi untuk mengetahui seberapa besar partisipasi siswa dalam pembelajaran. Dengan mengetahui tingkat partisipasi siswa tersebut selanjutnya akan dipakai sebagai ganbaran untuk mengetahui besarnya minat siswa terhadap pembelajaran. Adapun langkah-langkah perencanaan prosedur penelitian secara terinci adalah sebagai berikut :
- Menyusun RPP
- Menyusun scenario sebagai bahan pelaksanaan monolog role playing. Yang dimaksud disini adalah rancangan cerita atau kisah yang dialami para pelaku wajib pajak. Masing-masing siklus terdiri tiga skenario.
- Menyiapkan siswa untuk membawakan skenario. Siswa yang dipilih untuk memerankan tokoh yang ada dalam skenario, diberikan teks terlebih dahulu untuk dipelajari dengan maksud agar pada waktu pelaksanaan benar-benar dapat menjiwai watak tokoh dalam skenario.
- Membagi siswa satu kelas menjadi beberapa kelompok diskusi. Tiap kelompok diskusi mempunyai tugas untuk membahas sikap dari para tokoh / pelaku.
- Kesimpulan kelompok
B. Subjek Penelitian
Sasaran penelitian adalah kelas VIII SMP Negeri 2 Panjatan, Kulon Progo pada semester 2 tahun pelajaran 2008/2009. Siswa yang menjadi subjek penelitian ini sebanyak 37 siswa yang terdiri laki-laki 20 siswa dan perempuan sebanyak 17 siswa.
C. Tehnik Pengumpulan Data
Data yang diperoleh merupakan data kualitatif dan kuantitatif. Data-data tersebut diperoleh dengan cara :
Validasi dilaksanakan terhadap :
1. Analisa Data Kualitatif
Yang termasuk data kualitatif adalah observasi dan penilaian siswa. Catatan-catatan observasi dibuat sejak awal kegiatan pembelajaran sampai dengan akhir pembelajaran. Catatan data pembelajaran yang jumlahnya cukup banyaktersebut diseleksi dan dikelompokkan. Hasil pengelompokan data ini dimasukkan kedalam lembar observasi. Catatan-catatan yang merupakan hasil dan tertuang dalam lembar observasi ini kemudian dibahas secara bersama.
Data kualitatif berikutnya diperoleh dari kegiatan penilaian yang dilaksanakan sebanyak empat kali. Penilaian pertama dilaksanakan sebelum kegiatan pembelajaran siklus kesatu, penilaian kedua dilaksanakan setelah kegiatan siklus kesatu. Antara penilaian pertama dan kedua ini dibandingkan dan hasilnya merupakan gambaran tingkat kemajuan (baca kualitas) pembelajaran pada siklus kesatu. Penilaian ketiga yang dilaksanakan sebelum siklus kedua juga dibandingkan dengan hasil penilaian keempat yang dilaksanakan setelah pembelajaran pada siklus kedua. Hasil perbandingan penilaian ketiga dengan keempat ini memberikan gambaran kemajuan (kualitas) pembelajaran pada siklus kedua.Selanjutnya prosentase kemajuan pada siklus pertama dibandingkan dengan prosentase kemajuan siklus kedua. Hasil perbandingan akan memberikan gambaran apakah perbaikan pembelajaran yang dilakukan pada siklus kedua oleh peneliti dapat tercapai atau tidak.
2. Data Kuantitatif.
Data kuantitatif yang dinanalisa adalah hasil angket. Lembaran angket yang terdiri dari beberapa pertanyaan diklasifikasikan berdasarkan sifat pertanyaan itu sendiri. Sedangkan hasil tiap pertanyaan diklasifikasi lagi menjadi tiga jenis skala sikap. Dari hasil skala sikap ini akan menunjukkan sikap siswa terhadap kegiatan pembelajaran, apakah siswa mempunyai minat yang besar, sedang atau rendah. Hasil komulatif dari seluruh siswa pada kelas tersebut terhadap seluruh pertanyaan merupakan tingkatan minat siswa terhadap kegiatan pembelajaran.
2. Hasil Penilaian
Hasil pre tes pada siklus pertama diperoleh hasil sebagai berikut : tiga orang siswa memperoleh nilai skor 20, tiga siswa memperoleh nilai 30, duapuluh siswa memperoleh nilai 40, delapan siswa memperoleh nilai 50, Jumlah nilai mencapai 1470 dan rata-rata nilai 39,73. Hasil pos tes pada siklus pertama diperoleh hasil sebagai berikut : satu siswa memperoleh nilai 30, satu siswa memperoleh nilai 40, enam siswa memperoleh nilai 50, limabelas siswa memperoleh nilai 60, delapan siswa memperoleh nilai 70, enam siswa memperoleh nilai 80, Jumlah nilai yang dicapai 2310 dengan rata-rata nilai 62,43.
Tingkat kenaikan pada siklus 1 adalah : tiga siswa tidak mengalami kenaikan (nilainya sama antara pres tes dengan pos tes), lima siswa mencapai kenaikan nilai 10, empat belas siswa mencapai kenaikan nilai 20, sembilan siswa mencapai kenaikan nilai sebesar 30, enam siswa mencapai kenaikan nilai 40. Adapun jumlah kenaikan nilai sebesar 840 dan rata-rata tiap siswa mencapai kenaikan sebesar 22,70.
3. Hasil Angket.
Angket dilaksanakan setelah pelaksanaan siklus pertama, Jawaban angket merupakan skala sikap terdiri 3 jawaban aspek minat. Jawaban A : apabila merasa pembelajaran sangat besar manfaatnya bagi siswa, jawaban B : apabila pembelajaran bermanfaat bagi ssiwa, jawaban C : apabila pembelajaran kurang bermanfaat bagi siswa. Pertanyaan yang diberikan sejumlah 6 pertanyaan meliputi aspek minat dalam mengikuti pembelajaran, pemahaman materi, suasana kelas, minat bertanya, minat menjawab pertanyaan, dan minat mengikuti pembelajaran berikutnya.
Adapun hasinya sebagai berikut
1. Hasil Observasi
Berdasarkan hasil observasi pada siklus pertama terdapat beberapa kelemahan selama kegiatan pembelajaran, maka pada pelaksanaan siklus kedua kelemaham-kelemahan tersebut diusahakan untuk diminimalisir agar bisa mencapai hasil maupun tujuan yang diharapkan.
Kelemahan pertama terjadi pada saat pelaksanaan monolog role playing, siswa yang diberi tugas untuk memerankan tokoh-tokoh yang ada dalam skenario cerita kurang bisa membawakan secara mendalam watak para tokoh yang ada dalam cerita. Hal ini disebabkan kurang mendalamnya penjiwaan para siswa terhadap isi skenario. Untuk memperbaiki kelemahan tersebut dalam pelaksanaan siklus kedua, yaitu dengan cara lebih selektif dalam memilih siswa yang akan diberi tugas untuk memerankan tokoh-tokoh cerita tersebut. Siswa yang diberi tugas untuk memerankan sebaiknya dipilih yang bisa memerankan watak tertentu, diantaranya watak jujur, sederhana, egois, pembohong, sabar, ulet atau watak-watak lain yang sesuai tuntutan skenario.
Kelemahan kedua terdapat pada rancangan skenario itu sendiri. Susunan skenario pada siklus pertama kurang bisa menampilkan watak dari para tokoh yang ada dalam skenario. Rancangan skenario pada siklus pertama sangat dangkal, kering dan kurang tajam dalam menampilkan sikap para pelaku. Untuk memperbaikinya maka pada siklus kedua penampilan watak dari para pelaku yang ada dalam skenario cerita lebih dipertajam dengan cara lebih banyak menampilkan tindakan para pelaku dalam menyikapi kebijakan perpajakan.
Kelemahan ketiga pada pelaksanaan siklus pertama terjadi pada saat pelaksanaan diskusi kelompok. Banyak peserta diskusi yang bersifat statis dalam menanggapi permasalahan yang menjadi bahan diskusi. Berdasarkan hasil pengamatan hal itu terjadi karena pada saat kegiatan monolog role playing siswa lainnya tidak diberi skenario sehingga tidak dapat secara maksimal memberikan pengamatan terhadap sikap para pelaku yang ada dalam skenario cerita. Untuk memperbaikinya maka pada pelaksanaan monolog role playing pada siklus kedua disamping siswa yang memperagakan peran maka siswa lain juga diberikan rancangan skenario.
Berdasarkan catatan yang ada dalam lembaran observasi maka dapat disampaikan hasil yang dicapai pada siklus kedua sebagai berikut :
Hasil nilai yang diperoleh dari pre tes adalah sebagai berikut : dua siswa memperoleh nilai 10, dua siswa memperoleh nilai 20, lima siswa memperoleh nilai 30, tujuh siswa memperoleh nilai 40, delapan siswa memperoleh nilai 50, sepuluh siswa memperoleh nilai 60, dua siswa memperoleh nilai 70, satu siswa memeperoleh nilai 80.
Sedangkan hasil pos tes sebagai berikut : satu siswa memperoleh nilai 40, satu siswa memperoleh nilai 50, enam siswa memperoleh nilai 60, sembilan siswa memperoleh nilai 70, tujuh belas siswa memperoleh nilai 80, dua siswa memperoleh nilai 90.
Tingkat kenaikan hasil nilai dari siklus kedua adalah : lima siswa tidak mengalami kenaikan, empat siswa naik 10%, dua belas siswa mencapai tingkat kenaikan 20%, delapan siswa mencapai tingkat kenaikan 30%, dua siswa mencapai tingkat kenaikan 40%, dua siswa mencapai kenaikan 50%, dua siswa mencapai kenaikan 70%.
3. Hasil Angket
Dari hasil pelaksanaan angket pada siklus 1 masih tedapat dua kelemahan.Kelemahan pertama terdapat pada indikator yang akan dipakai untuk mengukur sikap siswa. Indikator yang terdapat pada instrumen angket kurang berhasil dalam mengukur sikap siswa. Oleh karena itu dalam pelaksanaan angket pada siklus kedua ditambah dengan dua indikator sehingga menjadi delapan indikator pencapaian.
Adapun hasil angket pada siklus kedua adalah sebagai berikut :
1. Analisis Hasil Observasi
Dari hasil observasi pada siklus pertama yang dilakukan peneliti bersama kolaborator, terdapat beberapa kelemahan pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Kelemahan-kelemahan tersebut terjadi pada saat perencanaan pembelajaran maupun pelaksanaannya.
Kelemahan yang terjadi pada saat perencanaan meliputi penyusunan skenario untuk monolog role playing dan penyusunan instrumen angket. Sedangkan kelemahan yang terjadi pada saat pelaksanaan, siswa yang diberi tugas untuk memerankan tokoh cerita kurang bisa menjiwai watak dari tokoh tersebut. Didalam pelaksanaan diskusi banyak peserta diskusi yang tidak/belum bisa memfokuskan perhatiannya pada materi diskusi.
Kelemahan dalam perencanaan maupun dalam pelaksanaan pembelajaran tersebut ternyata setelah dianalisa ada saling keterkaitan. Penyusunan skenario yang kurang baik dan persiapan waktu yang sangat singkat dari para siswa yang diberi tugas untuk menjadi pemeran monolog akan menghasilkan action yang kurang baik. Selanjutnya pelaksanaan monolog yang kurang baik dan persiapan diskusi yang kurang matang akan mengakibatkan pelaksanaan diskusi menjadi kurang terarah pada permasalahannya atau banyak siswa yang menjadi anggota kelompok diskusi kurang terlibat dalam kegiatan diskusi.
Untuk memperbaiki pelaksanaan siklus kedua maka dilakukan perbaikan-perbaiakn baik menyangkut perencanaan kegiatanmaupun rancangan pelaksanaannya. Apabila dalam siklus pertamapenampilan watak tokoh cerita belum begitu baik, maka pada siklus kedua penampilan watak dari tokoh lebih dipertajam dengan cara lebih menampilkan sikap para pelaku yang mungkin bersifat jujur, sederhana, manipulatif, egois, atau sikap-sikap lainnya.
Pada siklus pertama kegiatan diskusi kurang terarah, yaitu banyak siswa yang terlibat dalam kegiatan diskusi kurang mengerti permasalahan yang didiskusikan. Hal ini terjadi karena pada saat kegiatan monolog role playing para siswa tersebut kurang bisa menangkap dengan jelas skenario yang diperankan para siswa pelaku ceritera. Ketidakjelasan dalam menangkap isi ceritera bisa disebabkan karena dua permasalahan yaitu : pertama karena siswa yang diberi tugas menjadi pemeran kurang berhasil, kedua pada saat kegiatan monolog pada siswa yang lain tidak dibagikan skenario ceritera.
Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, pertama siswa yang diberi tugas untuk memerankan tokoh pelaku harus dipersiapkan lebih matang dengan pemilihan siswa yang tepat dan mampu membawakan peran tokoh tertentu serta memeberi kesempatan lebih lama untuk mempelajarinya. Disamping itu pada saat pelaksanaan monolog siswa yang lain diberi rancangan ceritera.
Kegiatan yang dilakukan pada siklus kedua, berdasarkan hasil observasi dapat berlangsung dengan baik. Berdasarkan data hasil observasi kegiatan monolog berjalan dengan baik dibanding kegiatan pada siklus pertama, penampilan watak tokoh ceritera lebih nampak terlihat. Disamping itu pada saat pelaksanaan diskusi tidak nampak lagi anggota diskusi yang mengalami kebingungan dalam pelaksanaan pembahasan. Berdasarkan data instrumen observasi nampak pula terjadi kenaikan tingkat partisipasi siswa dalam menjawab atau menanggapi pertanyaan guru yaitu bobot nilai 86% s/d 100%.
Kelemahan yang nampak pada siklus kedua adalah pada saat penyimpulan hasil diskusi. Masing-masing wakil anggota kelompok tidak bisa mengutarakan / menyampaikan tanggapan dari kesimpulan kelompok lain karena keterbatasan waktu yang ada.
2.. Analisis Hasil Penilaian.
Hasil penilaian merupakan data-data kuantitatif yang biasanya dipakai untuk mengetahui tingkat pemahaman dan prestasi siswa. Namun secara logika bahwa hasil penilaian yang baik dihasilkan dari perencanaan, pelaksanaan dan minat belajar yang baik pula.
Berdasarkan asumsi di atas, maka dapat disampaikan bahwa hasil penilaian yang dilaksanakan sebanyak empat kali dalam dua siklus kegiatan belajar, telah menghasilkan perkembangan kegiatan belajar yang meningkat dari para siswa. Dapat kita catat terjadi peningkatan prestasi/nilai siswa. Peningkatan pertama dapat kita lihat dengan membandingkan hasil pre tes dengan pos tes pada siklus pertama. Peningkatan kedua dapat kita lihat dengan membandingkan hasil penilaian pre tes dengan pos tes pada siklus kedua. Peningkatan ketiga yaitu hasil selisih nilai yang kita peroleh dari perbandingan peningkatan nilai pada siklus pertama dengan siklus kedua.
Dari hasil penilaian akan nampak data-data sebagai berikut :
Dari rekapitulasi hasil angket setelah pelaksanaan siklus 1 terhadap 6 buah pertanyaan yang diajukan diperoleh data-data sebagai berikut : 23 siswa menjawab A (sangat bermanfaat). 109 siswa menjawab B (bermanfaat) dan 115 siswa menjawab C (kurang bermanfaat). Jumlah komulatif pilihan adalah 222, oleh itu prosentase untuk jawaban A sebesar 10,36%, jawaban B sebesar 49,10% dan jawaban C sebesar 51,80%.
Dari rekapitulasi hasil angket setelah pelaksanaan pembelajarn siklus 2 terhadap 6 pertanyaan yang diajukan, diperoleh data-data sebagai berikut : 90 siswa memilih jawaban A (sangat bermanfaat), 105 siswa memilih jawaban B (bermanfaat) dan 1 siswa memilih jawaban C (kurang bermanfaat). Jumlah komulatif pilihan sama dengan siklus 1 yaitu sebesar 222, sehingga prosentase untuk jawaban A sebesar 40,54%, jawaban B sebesar 47,30%, jawaban c sebesar 0,90%.
Dari dua kali pelaksanaan angket pada akhir siklus pertama dan kedua, dapat disimpulkan tingkat efektifitas perbaikan kegiatan pembelajaran pada siklus 2 dibandingkan siklus 1 menurut pendapat siswa adalah :
Pada pelaksanaan angket yang ke 2 kepada siswa diberikan pertanyaan tambahan mengenai pemahaman manfaat pajak. Hasil jawaban pertanyaan no 7 siswa menjawab sebagai berikut : 10 siswa (27,02%) menjawab sangat bermanfaat, 25 siswa (67,57%) menjawab bermanfaat dan 2 siswa (5,41%) menjawab ragu-ragu. Sedang hasil jawaban pertanyaan no 8 adalah : 31 siswa (83,78%) menjawab sangat bermanfaat, 2 siswa (5,40%) menjawab bermanfaat, dan 4 siswa (10,81%) menjawab kurang bermanfaat. Dari hasil jawaban tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran cukup efektif untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap masalah perpajakan.
Syaharudin, Syaharudin , WordPress.com
Slameto, (1995), Belajar dan Faktor - Faktor yang mempengaruhi, Edisi Revisi, Jakarta, PT Rineka Cipta.
Sunarto, Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta, Rineka Cipta.
Winkel, WS, (1987), Psikologi Pengajaran, Jogjakarta, Kanisius.
Sasaran penelitian adalah kelas VIII SMP Negeri 2 Panjatan, Kulon Progo pada semester 2 tahun pelajaran 2008/2009. Siswa yang menjadi subjek penelitian ini sebanyak 37 siswa yang terdiri laki-laki 20 siswa dan perempuan sebanyak 17 siswa.
C. Tehnik Pengumpulan Data
Data yang diperoleh merupakan data kualitatif dan kuantitatif. Data-data tersebut diperoleh dengan cara :
- Pelaksanaan Tes : dilaksanakan empat kali, pada saat siklus kesatu sebanyak dua kali (pre dan pos), dan dua kali pada siklus kedua (pre dan pos).
- Observasi : Observasi dilaksanakan oleh kolaborator sebanyak dua kali yaitu pada saat pelaksanaan siklus pertama dan kedua.
- Angket Siswa : dilaksanakan sebanyak dua kali yaitu pada akhir siklus pertama dan akhir siklus kedua.
Validasi dilaksanakan terhadap :
- Validasi Instrumen Tes. Dilaksanakan dengan cara sampel terhadap beberapa siswa. Siswa yang dipilih dapat dikelompokkan menjadi tiga berdasarkan kemampuannya, yaitu : siswa dari rangking atas diambil dua siswa, rangking sedang dua siswa, rangking rendah dua siswa. Kepada siswa disamping diberi lembaran soal yang akan divalidasi juga diberi daftar isian yang harus diisi berdasarkan hasil pengamatan pada lembar soal. Daftar isian dibuat secara sederhana dan untuk masing-masing soal siswa harus menjawab sebuah pertanyaan yang isi jawabannya berdasarkan skala sikap.
- Validasi Instrumen Observasi. Dilaksanakan dengan cara validasi teman sejawat yaitu antara peneliti dan kolaborator masing-masing memeberikan penilaian terhadap instrumen yang telah dibuat. Hasil penilaian dari dua belah pihak dijadikan pembahasan bersama dan selanjutnya disempurnakan secara bersama-sama pula. Penyempurnaan instrumen ditekankan pada ketepatan didalam mengukur kegiatan pembelajaran.
- Validasi Angket. Dilaksanakan hampir sama dengan validasi tes yaitu kepada para siswa dibagikan lembaran angket dan daftar isian. Pengisian daftar isian dilakukan setelah membaca lembaran angket. Perbedaannya dengan validasi tes ialah bahwa pelaksanaan validasi angket ini siswa diambil secara acak tanpa memperhitungkan tingkat kemampuan siswa.
1. Analisa Data Kualitatif
Yang termasuk data kualitatif adalah observasi dan penilaian siswa. Catatan-catatan observasi dibuat sejak awal kegiatan pembelajaran sampai dengan akhir pembelajaran. Catatan data pembelajaran yang jumlahnya cukup banyaktersebut diseleksi dan dikelompokkan. Hasil pengelompokan data ini dimasukkan kedalam lembar observasi. Catatan-catatan yang merupakan hasil dan tertuang dalam lembar observasi ini kemudian dibahas secara bersama.
Data kualitatif berikutnya diperoleh dari kegiatan penilaian yang dilaksanakan sebanyak empat kali. Penilaian pertama dilaksanakan sebelum kegiatan pembelajaran siklus kesatu, penilaian kedua dilaksanakan setelah kegiatan siklus kesatu. Antara penilaian pertama dan kedua ini dibandingkan dan hasilnya merupakan gambaran tingkat kemajuan (baca kualitas) pembelajaran pada siklus kesatu. Penilaian ketiga yang dilaksanakan sebelum siklus kedua juga dibandingkan dengan hasil penilaian keempat yang dilaksanakan setelah pembelajaran pada siklus kedua. Hasil perbandingan penilaian ketiga dengan keempat ini memberikan gambaran kemajuan (kualitas) pembelajaran pada siklus kedua.Selanjutnya prosentase kemajuan pada siklus pertama dibandingkan dengan prosentase kemajuan siklus kedua. Hasil perbandingan akan memberikan gambaran apakah perbaikan pembelajaran yang dilakukan pada siklus kedua oleh peneliti dapat tercapai atau tidak.
2. Data Kuantitatif.
Data kuantitatif yang dinanalisa adalah hasil angket. Lembaran angket yang terdiri dari beberapa pertanyaan diklasifikasikan berdasarkan sifat pertanyaan itu sendiri. Sedangkan hasil tiap pertanyaan diklasifikasi lagi menjadi tiga jenis skala sikap. Dari hasil skala sikap ini akan menunjukkan sikap siswa terhadap kegiatan pembelajaran, apakah siswa mempunyai minat yang besar, sedang atau rendah. Hasil komulatif dari seluruh siswa pada kelas tersebut terhadap seluruh pertanyaan merupakan tingkatan minat siswa terhadap kegiatan pembelajaran.
BAB III
LAPORAN HASIL PENELITIAN
LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian Pada Siklus Pertama
1. Hasil Observasi.
1. Hasil Observasi.
Kegiatan observasi pada siklus pertama berupa data-data yang cukup banyak. Dari data-data yang cukup banyak yang berhasil dikumpulkan oleh peneliti maupun kolaborator, untuk memudahkan akhirnya dirangkum dalam sebuah tabelyang berisi tentang delapan pertanyaan dan dapat dikembangkan sesuai kebutuhan. Penilaian tiap pertanyaan dilakukan berdasarkan pemberian skor. untuk pertanyaan nomor 1 s/d 6 dibagi dalam 3 klasifikasi. Klasifikasi A apabila prosentase rata-rata siswa yang melaksanakan indikator pertanyaan bersangkutan sebesar 86% s/d 100%. Klasifikasi B apabila prosentasenya sebesar 70% s/d 85%. Klasifikasi C apabila prosentasenya sebesar 56% s/d 69%, klasifikasi D apabila prosentasenya sebesar 41 s/d 55%, klasifikasi E apabila prosentasenya sebesar 0% s/d 40%.
Dari hasil observasi pada siklus kesatu berhasil dikumpulkan data-data sebagai berikut:
Dari hasil observasi pada siklus kesatu berhasil dikumpulkan data-data sebagai berikut:
- Indikator 1 : kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran mencapai bobot A yang berarti tingkat partisipasi siswa mencapai 86% s/d 100%.
- Indikator 2 : tingkat perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran mencapai bobot A dengan tingkat partisipasi 86 s/d 100%.
- Indikator 3 : keaktifan siswa dalam usahanya untuk menguasai materi, mencapai bobot B yang berarti tingkat partisipasi mencapai 70% s/d 85%.
- Untuk indikator 4,5, dan 6 yang merupakan indikator tanggapan siswa terhadap pertanyaan guru, menanggapi pertanyaan temannya sendiri serta dalam mengemukakan gagasan, mencapai bobot B dengan tingkat partisipasi sebesar 70% s/s 100%.
2. Hasil Penilaian
Hasil pre tes pada siklus pertama diperoleh hasil sebagai berikut : tiga orang siswa memperoleh nilai skor 20, tiga siswa memperoleh nilai 30, duapuluh siswa memperoleh nilai 40, delapan siswa memperoleh nilai 50, Jumlah nilai mencapai 1470 dan rata-rata nilai 39,73. Hasil pos tes pada siklus pertama diperoleh hasil sebagai berikut : satu siswa memperoleh nilai 30, satu siswa memperoleh nilai 40, enam siswa memperoleh nilai 50, limabelas siswa memperoleh nilai 60, delapan siswa memperoleh nilai 70, enam siswa memperoleh nilai 80, Jumlah nilai yang dicapai 2310 dengan rata-rata nilai 62,43.
Tingkat kenaikan pada siklus 1 adalah : tiga siswa tidak mengalami kenaikan (nilainya sama antara pres tes dengan pos tes), lima siswa mencapai kenaikan nilai 10, empat belas siswa mencapai kenaikan nilai 20, sembilan siswa mencapai kenaikan nilai sebesar 30, enam siswa mencapai kenaikan nilai 40. Adapun jumlah kenaikan nilai sebesar 840 dan rata-rata tiap siswa mencapai kenaikan sebesar 22,70.
3. Hasil Angket.
Angket dilaksanakan setelah pelaksanaan siklus pertama, Jawaban angket merupakan skala sikap terdiri 3 jawaban aspek minat. Jawaban A : apabila merasa pembelajaran sangat besar manfaatnya bagi siswa, jawaban B : apabila pembelajaran bermanfaat bagi ssiwa, jawaban C : apabila pembelajaran kurang bermanfaat bagi siswa. Pertanyaan yang diberikan sejumlah 6 pertanyaan meliputi aspek minat dalam mengikuti pembelajaran, pemahaman materi, suasana kelas, minat bertanya, minat menjawab pertanyaan, dan minat mengikuti pembelajaran berikutnya.
Adapun hasinya sebagai berikut
- Pertanyaan 1 "Minat saya dalam mengikuti pelajaran" : 31 siswa (83,78%) menjawab B, 6 siswa (16,22%) menjawab C (kurang bermanfaat).
- Pertanyaan 2 "Materi pelajaran mudah dipahami atau tidak" : 18 siswa (48,65%) menjawab B (mudah dipahami), 19 siswa (51.35%) menjawab C (sulit dipahami).
- Pertanyaan 3 "Keadaan kelas selama pembelajaran" : 5 siswa (13,51 %) menjawab B (mendukung pembelajaran), 32 siswa (86,49%) menjawab C (kurang mendukung).
- Pertanyaan 4 "Minat saya dalam mengajukan pertanyaan" : sebanyak 23 siswa (62,16%) menjawab B (berminat), 14 siswa (37,84%) menjawab C (kurang berminat).
- Pertanyaan 5 "Minat saya dalam menjawab pertanyaan" : 18 siswa (46,65%) menjawab B (berminat)19 siswa (51,35%) menjawab C (kurang bermunat).
- Pertanyaan 6 "Minat dalam mengikuti pelajaran berikutnya" : 23 siswa (62,16%) menjawab B (berminat), 14 siswa (37,16%) menjawab C (kurang berminat).
1. Hasil Observasi
Berdasarkan hasil observasi pada siklus pertama terdapat beberapa kelemahan selama kegiatan pembelajaran, maka pada pelaksanaan siklus kedua kelemaham-kelemahan tersebut diusahakan untuk diminimalisir agar bisa mencapai hasil maupun tujuan yang diharapkan.
Kelemahan pertama terjadi pada saat pelaksanaan monolog role playing, siswa yang diberi tugas untuk memerankan tokoh-tokoh yang ada dalam skenario cerita kurang bisa membawakan secara mendalam watak para tokoh yang ada dalam cerita. Hal ini disebabkan kurang mendalamnya penjiwaan para siswa terhadap isi skenario. Untuk memperbaiki kelemahan tersebut dalam pelaksanaan siklus kedua, yaitu dengan cara lebih selektif dalam memilih siswa yang akan diberi tugas untuk memerankan tokoh-tokoh cerita tersebut. Siswa yang diberi tugas untuk memerankan sebaiknya dipilih yang bisa memerankan watak tertentu, diantaranya watak jujur, sederhana, egois, pembohong, sabar, ulet atau watak-watak lain yang sesuai tuntutan skenario.
Kelemahan kedua terdapat pada rancangan skenario itu sendiri. Susunan skenario pada siklus pertama kurang bisa menampilkan watak dari para tokoh yang ada dalam skenario. Rancangan skenario pada siklus pertama sangat dangkal, kering dan kurang tajam dalam menampilkan sikap para pelaku. Untuk memperbaikinya maka pada siklus kedua penampilan watak dari para pelaku yang ada dalam skenario cerita lebih dipertajam dengan cara lebih banyak menampilkan tindakan para pelaku dalam menyikapi kebijakan perpajakan.
Kelemahan ketiga pada pelaksanaan siklus pertama terjadi pada saat pelaksanaan diskusi kelompok. Banyak peserta diskusi yang bersifat statis dalam menanggapi permasalahan yang menjadi bahan diskusi. Berdasarkan hasil pengamatan hal itu terjadi karena pada saat kegiatan monolog role playing siswa lainnya tidak diberi skenario sehingga tidak dapat secara maksimal memberikan pengamatan terhadap sikap para pelaku yang ada dalam skenario cerita. Untuk memperbaikinya maka pada pelaksanaan monolog role playing pada siklus kedua disamping siswa yang memperagakan peran maka siswa lain juga diberikan rancangan skenario.
Berdasarkan catatan yang ada dalam lembaran observasi maka dapat disampaikan hasil yang dicapai pada siklus kedua sebagai berikut :
- Indikator 1 "Kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran" : mencapai bobot A dengan tingkat partisipasi siswa 86% s/d 100%.
- Indikator 2 "Perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran" : mencapai bobot B dengan tingkat partisipasi 70% s/d 85%.
- Indikator 3 "Pertanyaan dari siswa tentang materi" : mencapai bobot B dengan partisipasi siswa 70% s/d 85%.
- Indikator 4 "Menjawab/menanggapi pertanyaan guru" : mencapai bobot A dengan tingkat partisipasi siswa 86% s/d 100%.
- Indikator 5 "Menanggapi jawaban atau pertanyaan teman" : mencapai bobot B dengan tingkat partisipasi siswa mencapai 70% s/d 85%.
- Indikator 6 " Menyampaikan gagasan atau pendapat" : mencapai bobot B dengan tingkat partisipasi siswa mencapai 70% s/d 85%.
Hasil nilai yang diperoleh dari pre tes adalah sebagai berikut : dua siswa memperoleh nilai 10, dua siswa memperoleh nilai 20, lima siswa memperoleh nilai 30, tujuh siswa memperoleh nilai 40, delapan siswa memperoleh nilai 50, sepuluh siswa memperoleh nilai 60, dua siswa memperoleh nilai 70, satu siswa memeperoleh nilai 80.
Sedangkan hasil pos tes sebagai berikut : satu siswa memperoleh nilai 40, satu siswa memperoleh nilai 50, enam siswa memperoleh nilai 60, sembilan siswa memperoleh nilai 70, tujuh belas siswa memperoleh nilai 80, dua siswa memperoleh nilai 90.
Tingkat kenaikan hasil nilai dari siklus kedua adalah : lima siswa tidak mengalami kenaikan, empat siswa naik 10%, dua belas siswa mencapai tingkat kenaikan 20%, delapan siswa mencapai tingkat kenaikan 30%, dua siswa mencapai tingkat kenaikan 40%, dua siswa mencapai kenaikan 50%, dua siswa mencapai kenaikan 70%.
3. Hasil Angket
Dari hasil pelaksanaan angket pada siklus 1 masih tedapat dua kelemahan.Kelemahan pertama terdapat pada indikator yang akan dipakai untuk mengukur sikap siswa. Indikator yang terdapat pada instrumen angket kurang berhasil dalam mengukur sikap siswa. Oleh karena itu dalam pelaksanaan angket pada siklus kedua ditambah dengan dua indikator sehingga menjadi delapan indikator pencapaian.
Adapun hasil angket pada siklus kedua adalah sebagai berikut :
- Pertanyaan no 1 "Minat siswa dalam mengikuti pelajaran" : sebanyak 30 siswa menyatakan sikap A (sangat berminat/bermanfaat), 7 siswa memilih B (bermanfaat) dan tidak ada yang memilih C. Prosentase jawaban A sebesar 81,08%, dan jawaban B sebesar 18,92%.
- Pertanyaan no 2 "Materi pelajaran menjadi mudah dipahami atau tidak" : sebanyak 12 siswa menjawab A (sangat mudah dipahami), 25 siswa menjawab B (mudah dipahami) dan jawaban C tidak ada. Prosentase jawaban A sebesar 32,43% dan jawaban B 67,57%.
- Pertanyaan no 3 "Suasana kelas dalam pembelajaran" : sebanyak 14 siswa menjawab A (sangat mendukung), 22 siswa menjawab B (mendukung) dan jawaban C tidak ada. Prosentase jawaban A sebesar 37,84%, jawaban B sebesar 59,46%.
- Pertanyaan no 4 "Minat saya dalam mengajukan pertanyaan" : sebanyak 9 siswa menjawb A (sangat berminat), 28 siswa menjawab B (berminat) dan tidak ada jawaban C. Prosentase jawaban A sebesar 24,32%, jawaban B sebesar 75,68%.
- Pertanyaan no 5 "Minat saya dalam menjawab pertanyaan" : sebanyak 13 siswa menjawab A (sangat berminat), 24 siswa menjawab B (berminat) dan siswa yang menjawab C tidak ada. Prosentase jawaban A sebesar 35,14% dan jawaban B sebesar 64,86%.
- Pertanyaan no 6 "Minat saya dalam mengikuti pelajaran berikutnya" : sebanyak 25 siswa menjawab A, 12 siswa menjawab B dan tidak ada yang menjawab C. Prosentase jawaban A sebesar 67,57% dan jawaban B sebesar 34,04%.
- Pertanyaan nomor 7 " Sebelum pembelajaran saya tidak tahu manfaat pajak" : sebanyak 10 siswa menjawab A (sangat bermanfaat/lebih mengetahui), 25 siswa menjawab B (bermanfaat/mengetahui) dan 2 siswa menjawab C (kurang bermanfaat/tidak mengetahui).
- Pertanyaan no 8 "Setelah pembelajaran saya lebih mengetahui manfaat pajak" : sebanyak 31 siswa menjawab A (sangat bermanfaat/lebih mengetahui), 2 siswa menjawab B (bermanfaat/mengetahui)dan 4 siswa menjawab C (kurang bermanfaat/kurang mengetahui). Prosentase jawaban A 83,78%, jawaban B 5,40% dan jawaban C sebesar 10,81%.
1. Analisis Hasil Observasi
Dari hasil observasi pada siklus pertama yang dilakukan peneliti bersama kolaborator, terdapat beberapa kelemahan pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Kelemahan-kelemahan tersebut terjadi pada saat perencanaan pembelajaran maupun pelaksanaannya.
Kelemahan yang terjadi pada saat perencanaan meliputi penyusunan skenario untuk monolog role playing dan penyusunan instrumen angket. Sedangkan kelemahan yang terjadi pada saat pelaksanaan, siswa yang diberi tugas untuk memerankan tokoh cerita kurang bisa menjiwai watak dari tokoh tersebut. Didalam pelaksanaan diskusi banyak peserta diskusi yang tidak/belum bisa memfokuskan perhatiannya pada materi diskusi.
Kelemahan dalam perencanaan maupun dalam pelaksanaan pembelajaran tersebut ternyata setelah dianalisa ada saling keterkaitan. Penyusunan skenario yang kurang baik dan persiapan waktu yang sangat singkat dari para siswa yang diberi tugas untuk menjadi pemeran monolog akan menghasilkan action yang kurang baik. Selanjutnya pelaksanaan monolog yang kurang baik dan persiapan diskusi yang kurang matang akan mengakibatkan pelaksanaan diskusi menjadi kurang terarah pada permasalahannya atau banyak siswa yang menjadi anggota kelompok diskusi kurang terlibat dalam kegiatan diskusi.
Untuk memperbaiki pelaksanaan siklus kedua maka dilakukan perbaikan-perbaiakn baik menyangkut perencanaan kegiatanmaupun rancangan pelaksanaannya. Apabila dalam siklus pertamapenampilan watak tokoh cerita belum begitu baik, maka pada siklus kedua penampilan watak dari tokoh lebih dipertajam dengan cara lebih menampilkan sikap para pelaku yang mungkin bersifat jujur, sederhana, manipulatif, egois, atau sikap-sikap lainnya.
Pada siklus pertama kegiatan diskusi kurang terarah, yaitu banyak siswa yang terlibat dalam kegiatan diskusi kurang mengerti permasalahan yang didiskusikan. Hal ini terjadi karena pada saat kegiatan monolog role playing para siswa tersebut kurang bisa menangkap dengan jelas skenario yang diperankan para siswa pelaku ceritera. Ketidakjelasan dalam menangkap isi ceritera bisa disebabkan karena dua permasalahan yaitu : pertama karena siswa yang diberi tugas menjadi pemeran kurang berhasil, kedua pada saat kegiatan monolog pada siswa yang lain tidak dibagikan skenario ceritera.
Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, pertama siswa yang diberi tugas untuk memerankan tokoh pelaku harus dipersiapkan lebih matang dengan pemilihan siswa yang tepat dan mampu membawakan peran tokoh tertentu serta memeberi kesempatan lebih lama untuk mempelajarinya. Disamping itu pada saat pelaksanaan monolog siswa yang lain diberi rancangan ceritera.
Kegiatan yang dilakukan pada siklus kedua, berdasarkan hasil observasi dapat berlangsung dengan baik. Berdasarkan data hasil observasi kegiatan monolog berjalan dengan baik dibanding kegiatan pada siklus pertama, penampilan watak tokoh ceritera lebih nampak terlihat. Disamping itu pada saat pelaksanaan diskusi tidak nampak lagi anggota diskusi yang mengalami kebingungan dalam pelaksanaan pembahasan. Berdasarkan data instrumen observasi nampak pula terjadi kenaikan tingkat partisipasi siswa dalam menjawab atau menanggapi pertanyaan guru yaitu bobot nilai 86% s/d 100%.
Kelemahan yang nampak pada siklus kedua adalah pada saat penyimpulan hasil diskusi. Masing-masing wakil anggota kelompok tidak bisa mengutarakan / menyampaikan tanggapan dari kesimpulan kelompok lain karena keterbatasan waktu yang ada.
2.. Analisis Hasil Penilaian.
Hasil penilaian merupakan data-data kuantitatif yang biasanya dipakai untuk mengetahui tingkat pemahaman dan prestasi siswa. Namun secara logika bahwa hasil penilaian yang baik dihasilkan dari perencanaan, pelaksanaan dan minat belajar yang baik pula.
Berdasarkan asumsi di atas, maka dapat disampaikan bahwa hasil penilaian yang dilaksanakan sebanyak empat kali dalam dua siklus kegiatan belajar, telah menghasilkan perkembangan kegiatan belajar yang meningkat dari para siswa. Dapat kita catat terjadi peningkatan prestasi/nilai siswa. Peningkatan pertama dapat kita lihat dengan membandingkan hasil pre tes dengan pos tes pada siklus pertama. Peningkatan kedua dapat kita lihat dengan membandingkan hasil penilaian pre tes dengan pos tes pada siklus kedua. Peningkatan ketiga yaitu hasil selisih nilai yang kita peroleh dari perbandingan peningkatan nilai pada siklus pertama dengan siklus kedua.
Dari hasil penilaian akan nampak data-data sebagai berikut :
- Perbandingan Hasil Penilaian Siklus 1. Hasil pre tes sebesar 39,73% sedangkan hasil pos tes sebesar 62,43%. Hasil peningkatan sebesar 22,70%.
- Perbandingan Hasil Penilaian Siklus 2. Hasil pre tes sebesar 47,50%, sedangkan hasil pos tes sebesar 74,17%. Peningkatan sebesar 26,67%.
- Selisih Nilai antara siklus 1 dengan siklus 2. Hasil yang diperoleh dengan cara membandingkan perkembangan nilai yang dicapai pada siklus pertama dengan siklus kedua akan memberi gambaran terjadinya perbaikan proses pembelajaranyang dilakukan pada siklus kedua. Pada siklus pertama perkembangannya sebesar 22,70%, sedang pada siklus kedua sebesar 26,67% sehingga perkembangan kegiatan belajar pada siklus kedua dibanding siklus pertama sebesar 3,97%.
Dari rekapitulasi hasil angket setelah pelaksanaan siklus 1 terhadap 6 buah pertanyaan yang diajukan diperoleh data-data sebagai berikut : 23 siswa menjawab A (sangat bermanfaat). 109 siswa menjawab B (bermanfaat) dan 115 siswa menjawab C (kurang bermanfaat). Jumlah komulatif pilihan adalah 222, oleh itu prosentase untuk jawaban A sebesar 10,36%, jawaban B sebesar 49,10% dan jawaban C sebesar 51,80%.
Dari rekapitulasi hasil angket setelah pelaksanaan pembelajarn siklus 2 terhadap 6 pertanyaan yang diajukan, diperoleh data-data sebagai berikut : 90 siswa memilih jawaban A (sangat bermanfaat), 105 siswa memilih jawaban B (bermanfaat) dan 1 siswa memilih jawaban C (kurang bermanfaat). Jumlah komulatif pilihan sama dengan siklus 1 yaitu sebesar 222, sehingga prosentase untuk jawaban A sebesar 40,54%, jawaban B sebesar 47,30%, jawaban c sebesar 0,90%.
Dari dua kali pelaksanaan angket pada akhir siklus pertama dan kedua, dapat disimpulkan tingkat efektifitas perbaikan kegiatan pembelajaran pada siklus 2 dibandingkan siklus 1 menurut pendapat siswa adalah :
- Siswa menjawab sangat bermanfaat : (10,36 + 40,54) : 2 X 100% = 25,45%
- Siswa menjawab bermanfaat : (49,10 + 47,30) : 2 X 100% = 48,20%
- Siswa menjawab kurang bermanfaat : (51,80 + 0,90) : 2 X 100% = 26,35%
- Tingkat kenaikan pilihan jawaban A (sangat bermanfaat) : 40,54% - 10,36% = 30,18%.
- Tingkat kenaikan pilihan jawaban B (bermanfaat) : 47,30% - 49,80% = -2,5%.
- Tingkat kenaikan pilihan jawaban C (kurang bermanfaat) : 0,9% -51,80% = - 50,9%.
Pada pelaksanaan angket yang ke 2 kepada siswa diberikan pertanyaan tambahan mengenai pemahaman manfaat pajak. Hasil jawaban pertanyaan no 7 siswa menjawab sebagai berikut : 10 siswa (27,02%) menjawab sangat bermanfaat, 25 siswa (67,57%) menjawab bermanfaat dan 2 siswa (5,41%) menjawab ragu-ragu. Sedang hasil jawaban pertanyaan no 8 adalah : 31 siswa (83,78%) menjawab sangat bermanfaat, 2 siswa (5,40%) menjawab bermanfaat, dan 4 siswa (10,81%) menjawab kurang bermanfaat. Dari hasil jawaban tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran cukup efektif untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap masalah perpajakan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Dimyati, (1994), Belajar dan Pembelajaran, JakartaKESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model pembelajaran MRPD yang dilaksanakan melalui dua kali siklus akhirnya dapat disimpulkan :
- Pelaksanaan tindakan dapat meningkatkan minat belajar siswa. Hal ini terlihat dari hasil observasi, evaluasi maupun angket.
- Pelaksanaan tindakan dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Hal ini terlihat dari hasil observasi, evaluasi maupun angket.
- Pelaksanaan tindakan dapat melengkapi pemakaian model pembelajaran khususnya bagi peleksanaan pembelajaran IPS di SMP dengan KD tentang masalah perpajakan.
B. Saran
Pada akhir tulisan ini peneliti akan menyampaikan saran kepada :
Pada akhir tulisan ini peneliti akan menyampaikan saran kepada :
- Teman sejawat, khususnya guru-guru IPS di SMP agar lebih aktif dalam usaha menerapkan berbagai metode maupun model - model pembelajaran yang bersifat inovatif agar kualitas pembelajaran dapat agarmeningkat.
- Sekolah, Dinas Pendidikan Kabupaten/Propinsi, LPMP maupun Depdiknas agar lebih meningkatkan perhatiannya terhadap perkembangan mata pelajaran non ujian nasional agar dapat mengimbangi perkembangan mata pelajaran ujian nasional.
- Lembaga Pendidikan Guru, agar lebih banyak membekali para mahasiswanya dengan memperkaya penyampaian mata kuliah metodologi dan strategi pembelajaran serta melakukan uji coba terhadap model-model pembelajaran yang baru dengan harapan agar nantinya dapat diterapkan di sekolah-sekolah di tempat merekabertugas sehingga dapat memotivasi dan menyegarkan ilmu kepada para guru yang telah lama bertugas.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standar Nasional Pendidikan, (2006), Model Pembelajaran IPS Terpadu, Departemen Pendidikan Nasional.
Depdiknas, Balitbang Puskur (2007), Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPS.
Depdiknas, Balitbang Puskur (2007), Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPS.
Syaharudin, Syaharudin , WordPress.com
Slameto, (1995), Belajar dan Faktor - Faktor yang mempengaruhi, Edisi Revisi, Jakarta, PT Rineka Cipta.
Sunarto, Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta, Rineka Cipta.
Winkel, WS, (1987), Psikologi Pengajaran, Jogjakarta, Kanisius.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar