Sabtu, 29 Mei 2010

Kulon Progo Pada Masa Penjajahan Belanda

Lapangan Karangsewu Kecamatan Galur


Di daerah inilah dulunya bekas pabrik gula di Kulon Progo didirikan penjajah Belanda, tepatnya di sebelah utara lapangan desa Karangsewu, Kecamatan Galur. Di tempat ini sekarang sudah berdiri megah gedung milik yayasan Muhammadiyah. Pabrik gula yang berdiri di tempat ini dahulu didukung oleh lahan perkebunan tebu yang ada di sekitarnya, ke barat sampai daerah Garongan, Bojong, Kanoman dan ke timur dibatasi S. Progo. Rumah-rumah kuno bergaya Eropa yang ada di sekitar lapangan tersebut dahulu merupakan rumah rumah tempat tinggal para pegawai pabrik gula maupun perkebunan tebu tersebut.







Rabu, 19 Mei 2010

2). Lanjutan PTK : Peningkatan Prestasi Belajar IPS Melalui Penerapan Model Pembelajaran Examples Non Examples.....



D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian
Kompetensi yang menjadi materi penelitian :
  1. Mendiskripsikan interaksi sebagai proses sosial.
  2. Mengidentifikasikan bentuk-bentuk interaksi sosial.
Pelaksanaan penelitian : 20 Agustus s/d 9 September 2008, pada kelas VII D dengan jumlah 36 siswa.

* Laporan siklus 1 :
- Implementasi Tindakan :
  • Pelaksanaan tindakan bersifat fleksibel dan terbuka terhadap perubahan yang terjadi dalam pembelajaran.
  • Pelaksanaan pre tes, untuk mengetahui tingkat awal pemahaman siswa.
  • Pelaksanaan pembelajaran model E Non E : Siswa dibagi dalam beberapa kelompok dan tiap kelompok diberikan tugas yang berbeda. Klasifikasi gambar atau foto diberikan pada kelompok sesuai dengan permasalahan yang dibahas. Pada akhir pembahasan diambil kesimpulan kelompok. Kelompok lain bertindak sebagai partisipan terhadap pembahasan terhadap pembahasan yang dilaksanakan, begitu sebaliknya.
  • Pelaksanaan pos tes.
- Observasi dan Monitoring :
  • Selama pembelajaran kolaborator bertugas melaksanakan monitoring dengan mencatat hal-hal yang positif dan negatif selama pelaksanaan.
  • Pelaksanaan angket siswa.
  • Hasil Observasi : dari 7 indikator dalam lembar observasi, 3 indikator menunjukkan tingkat partisipasi 70% sampai 80%. Dua indikator menunjukkan tingkat partisipasi 56% sampai 69%, satu indikator "tingkat interkasi siswa" menunjukkan tingkat partisipasi 41% s/d 55%.
  • Hasil Evaluasi (perbandingan pos tes dengan pre tes), menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Hasil pre tes siklus pertama rata-rata sebesar 53,61 sedang hasil pos tes sebesar 94,72. Tingkat kenaikan sebesar 37,78.
  • Dari 6 daftar pertanyaan dalam angket dengan opsi apabila : siswa memilih jawaban A (sangat bermanfaat), B(bermanfaat), C(cukup bermanfaat), D(tidak bermanfaat), hasilnya adalah : jawaban A = 97, B= 81, C=33, D=0.
- Analisis dan Refleksi
  • Peneliti bersama kolaborator secara bersama-sama menganalisis hasil yang tertulis pada lembar observasi dan memverifikasi dengan hipotesa tindakan. Kegiatan ini dilaksanakan untuk mengukur apakah proses pembelajaran sudah sesuai dengan rencana.
  • Kegiatan refleksi dilaksanakan dengan cara mendiskusikan hasil observasi antara peneliti dengan kolaborator
  • Berdasarkan hasil observasi pada saat pembelajaran diketahui bahwa tingkat partisipasi siswa dalam pembelajaran belum maksimal, setelah dianalisis bersama antara peneliti dengan kolaborator dihasilkan refleksi sebagai berikut : 1. Siswa kurang fokus pada kegiatan pembelajaran karena bentuk penyajian LKS belum menyatu antara foto yang diamati dengan tugas yang harus dikerjakan. 2. Karena tiap kelompok belajar diberi tugas yang berbeda justru menyebabkan kegiatan pada penyimpulan kurang terfokus. 3. Kegiatan tanya jawab terlalu lama sehingga kegiatan diskusi menjadi kurang waktu. 4. Foto atau gambar yang ditampilkan kurang memaksimalkan perhatian siswa, oleh karena itu harus dilengkapi dengan foto atau gambar yang berhubungan dengan peristiwa penting dari media cetak maupun elektronik.
* Laporan Siklus 2 :
- Implementasi tindakan :
  • Seperti pada siklus pertama pelaksanaan tindakan bersifat fleksibel dan terbuka terhadap perubahan.
  • Pelaksanaan pre tes
  • Pelaksanaan pembelajaran
  • Pelaksanaan pos tes
- Observasi dan monitoring :
  • Seperti pada siklus pertama, tugas kolaborator memantau pelaksanaan pembelajaran baik proses, partispasi siswa, guru dan sarana prasarana pembantu.
  • Pelaksanaan angket siswa.
  • Hasil Observasi : terjadi peningkatan dibanding siklus pertama. Dari 7 indikator pengamatan, 4 indikator menunujukkan tingkat partisipasi 86% s/d 100%, Tiga indikator menunjukkan tingkat partisipasi 70% s/d 85%.
  • Hasil perbandingan evaluasi pada siklus pertama dengan siklus kedua menunjukkan terjadi peningkatan yang cukup signifikan. Hasil rata-rata pre tes pada siklus pertama sebsar 53,61 dan hasil pos tes pada siklus pertama sebesar 94.72. Ini berarti terjadi tingkat kenaikan dari pre tes ke pos tes sebesar 57,50
  • Dari enam daftar pertanyaan yang diajukan, siswa yang menjawab A : 170, B : 36, C : 10, D : 0.
- Analisis dan refleksi
  • Seperti pada siklus pertama peneliti bersama kolaborator menganalisa hasil yang tertulis pada lembar observasi dan memverifikasi dengan hipotesa tindakan. Kegiatan ini dilaksanakan untuk mengukur apakah proses pembelajaran sudah sesuai dengan yang diharapkan. Disamping itu juga sebagai bahan pembanding hasil observasi pada siklus pertama.
  • Kegiatan refleksi dilaksanakan dengan cara mendiskusikan hasil observasi antara peneliti dengan kolaborator. Diskusi dilaksanakan untuk mengevaluasi tindakan yang telah dilaksanakan dan kemudian membandingkan dengan siklus pertama.
B. Pembahasan

1. Efek tindakan terhadap minat belajar siswa
Dari hasil angket pad siklus pertama dan kedua menunjukkan angka kenaikan jumlah komulatif dari seluruh pernyataan yaitu dari 97 menjadi 170 untuk pernyataan A, sedang untuk pernyataan B jutru mengalami penyusutan dari 81 menjadi 36. Demikian juga untuk pernyataan C dan D, oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan tindakan dapat meningkatkan minat siswa terhadap pembelajaran yang dilaksanakan.

2. Efek tindakan terhadap peningkatan kualitas pembelajaran.
Berdasarkan dari hasil observasi dari kolaborator menunjukkan terjadi peningkatan kulaitas proses pembelajaran. Partisipasi siswa dikatakan meningkat apabila indikator keberhasilan menunjukkan skor 70% - 100%. Dari data hasil penelitian menunjukkan bahwa skor A mengalami kenaikan 57,14%, skor B tetap, skor C menurun 28,57%(dibaca peningkatan kualitas pembelajaran).

3. Efek tindakan terhadap peningkatan pemahaman siswa.
Berdasarkan perbandingan hasil po tes pada siklus pertama dengan siklus kedua nampak terjadi peningkatan dari pemahaman siswa terhadap kompetensi yang diajarkan.

4. Efek tindakan terhadap penyempurnaan media dan model pembelajaran.
Dari pelaksanaan siklus pertama diketahui bahwa tingkat partisipasi siswa masih rendah. Setelah melalui proses analisis dan refleksi diketahui bahwa rendahnya tingkat partisipasi tersebut disebabkan siswa kurang konsen terhadap LKS. Antara foto yang diamati masih terpisah dengan tugas yang tertuang dalam LKS sehingga sebagian anggota kelompok belajar hanya terfokus dalam pengamatan gamnbar. Oleh karena itu dalam kegiatan pembelajaran siklus kedua, format LKS disempurnakan. Foto-foto di scan dan kemudian dimasukkan dalam format LKS. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa dalam siklus kedua tingkat partisipasi siswa dalam pembelajaran mengalami peningkatan.


E. PENUTUP

1. Kesimpulan :
  • Pelaksanaan tindakan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat terlihat dari hasil evaluasi pada siklus pertama maupun kedua.
  • Pelaksanaan tindakan dapat meningkatkan kualitas kegiatan pembelajaran.
  • Pelaksanaan tindakan dapat melengkapi dan menyempurnakan instrumen media pembelajaran.
2. Saran
  • Agar sekolah lebih meningkatkan perhatiannya pada pelaksanaan pembelajaran dari mata pelajaran Non Ujian Nasional agar dapat berkembang sejajar dengan pelajaran yang diujikan dalam UN.
  • Guru-guru IPS agar lebih pro aktif dalam usaha untuk mencoba metode maupun model-model pembelajaran yang bersifat inovatif.
  • Lembaga Dinas Pendidikan Tingkat Kabupaten agar lebih aktif dalam mefasilitasi kegiatan MGMP guru-guru IPS di wilayahnya masing-masing

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz Wahab, (2007) Metode dan Model Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial, Bandung, Alfabeta.

Badan Standar nasional Pendidikan, (2006), Model Pembelajaran IPS Terpadu, Depdiknas

Dimyati, (1994), Belajar dan Pembelajaran, Jakarta

Slameto, (1995), Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, Jakarta, PT Rineka Cipta

Sunarto, Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, Jkarta, Rineka Cipta.

Winkel, WS, (1987), Psikologi Pengajaran, Yogjakarta, Kanisius.


Selesai

















Sabtu, 15 Mei 2010

1). PTK : Peningkatan Prestasi Belajar IPS Melalui Penerapan Model Pembelajaran Examples Non Examples pada Kelas VII SMP Negeri 2 Panjatan Kulon Progo

Peningkatan Prestasi Belajar IPS
Melalui Penerapan Model Pembelajaran
Examples Non Examples Pada Kelas VII
SMP Negeri 2 Panjatan Kulon Progo

oleh :
Nugroho Udi Raharjo

Dibiayai oleh :
Direktorat Peningkatan Mutu Pendidik
dan Tenaga Kependidikan melalui
Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta


Kerjasama dengan Lemlit Universitas Negeri Yogyakarta


Lama Penelitian : 6 bulan ( Mei - Oktober 2008)


Abstrak :
Penelitian tindakan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Examples Non Examples dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran IPS. Salah satu faktor penting yang menjadi permasalahan dalam pembelajaran IPS saat ini adalah pelaksanaan kegiatan pembelajarannya khususnya kompetensi dasar sosiologi yang tidak maksimal, sehingga menyebabkan tingkat pemahaman dan prestasi siswa rendah. Penelitian tindakan ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Oktober 2008 pada kelas VII SMP Negeri 2 Panjatan Kulon Progo, dan dilaksanakan dalam dua siklus. Pelaksanaan penelitian dengan menerapkan model pembelajaran CTL Examples Non Examples pada kompetensi dasar sosiologi dengan tahapan : menyusun rencana pembelajaran, menyeleksi dan menstransformasikan foto/gambar yang berkaitan dengan proses sosial dalam LKS, tanya jawab dan diskusi kelompok tentang proses sosial, catatan dari hasil diskusi. Tehnik analisis data dalam penelitian ini menggunakan model deskriptif kualitatif.
Dari hasil temuan permasalahan ternyata bahwa prestasi siswa dalam pembelajaran IPS masih belum maksimal, sehingga dilaksanakan aspek tindakan dengan menggunakan model pembelajaran Examples Non Examples. dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran IPS (sosiologi) dengan menggunakan model pembelajaran tersebut dapat meningkatkan kompetensi profesionalitas guru dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dibuktikan pada hasil siklus kedua lebih meningkat dari siklus pertama.

Kata kunci : Prestasi Belajar, Penerapan Model Pembelajaran Examples Non Examples.


A. PENDAHULUAN
1. Latar belakang masalah
Mata pelajaran IPS SMP saat ini dituntut merupakan mata pelajaran terpadu dengan unsur-unsur ilmu Geogravi, Ekonomi, Sejarah dan Sosiologi. Untuk memadukan beberapa disiplin imu sosial tersebut tidaklah mudah, oleh karena itu perubahan IPS menjadi matapelajaran terpadu dilaksanakan secara bertahap. Saat ini pembelajarn IPS SMP baru pada tahap mengumpulkan seluruh Standart Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS yang materinya diambilkan dari mata pelajaran Geogravi, Ekonomi, Sejarahdan Sosiologi kemudian diberi label mata pelajaran IPS.

Permasalahan di sekolah yaitu kenyataannya bahwa guru IPS SMP pada umumnya merupakan guru dengan basis dasar keilmuan yang terpisah-pisah, mengikuti lembaga kependidikan yang dahulu mempersiapkannya, sebagai contoh guru dengan basis ilmu pendidikan Sejarah, Ekonomi, Geogravi. Kenyataan ini merupakan salah satu andil mengapa pelajaran IPS SMP tidak dapat optimal baik proses maupun hasilnya.

Sosiologi merupakan salah satu komponen pembentuk matapelajaran IPS SMP ternyata mempunyai porsi SK yang cukup banyak (20 SK dari kelas VII sampai dengan kelas IX) atau menempati 20 % dari seluruh mata pelajaran IPS.

Sekolah sendiri ternyata belum siap dalam menghadapi perubahan ini, kenyataanya bahwa alat-alat peraga yang tersedia di sekolah masih merupakan alat peraga Sejarah, geogravi maupun Ekonomi

Berdasarkan kendala-kendala tersebut perlu dicari suatu upaya agar pembelajaran IPS SMP dapat dilaksanakan secara optimal. Untuk itu guru IPS dituntut lebih kreatif dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajarannya, terutama pelaksanaan pembelajaran IPS yang mudah, murah tetapi dapat optimal hasilnya.

Penerapan model pembelajaran Examples Non Examples merupakan salah satu cara penerapan yang dipandang mudah dan murah tersebut, yaitu dengan memanfaatkan foto-foto tentang kegiatan manusia sehari-hari untuk mendukung pelaksanaan SK Sosiologi pada pembelajaran IPS SMP.

2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah : " Apakah penerapan model pembelajaran Examples Non Examples dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran IPS (sosiologi)".

3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah : "Untuk mengetahui penggunaan model pembelajaran Examples Non Example dalam meningkatkan pemahaman siswa kelas VII SMP Negeri 2 Panjatan terhadap mata pelajaran IPS (sosiologi).

4. Manfaat Hasil Penelitian
Bagi siswa : Memudahkan siswa dalam mengembangkan ketrampilan berpikir dalam pemahaman konsep-konsep IPS, Melatih siswa berpola pikir kritis.
Bagi guru : guru memiliki kreatifitas dalam mengembangkan model pembelajaran dan menciptakan peraga/media pembelajaran IPS.
Bagi sekolah : tercipta suasana pembelajaran yang kondusif sebagai upaya untuk mengembangkan wawasan wiyata mandala.

B. KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA
1. Kerangka Teoritik
Terdapat pengertian tiga istilah : motivasi, minat dan prestasi belajar.
Pengertian motivasi menurut Winkel : motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar. Definisi minat menurut Slameto : minat adalah keinginan yang besar terhadap sesuatu. Adapun prestasi belajar adalah hasil suatu usaha belajar yang diperoleh setelah melalui tahapan proses tertentu.

2. Model Pembelajaran E Non E
Merupakan kegiatan pembelajaran yang mengandung dua unsur utama yaitu penggunaan contoh-contoh berupa gambar/foto yang sesuai dengan konsep yang akan diajarkan dan pelaksanaan diskusi dari hasil pengamatan gambar. kegunaan foto untuk memperjelas konsep, sedang manfaat diskusi diantaranya untuk memecahkan masalah, mengambangkan dan mengubah sikap, menyadari adanya perbedaan pandangan, pengembangan ketrampilan kepemimpinan, membantu siswa merumuskan masalah dan prinsip. Adapun langkah-langkah pembelajaran E Non E adalah : persiapan gambar-gambar sesuai dengan SK dan KD. Selanjutnya memberi kesempatan kepada siswa untuk mencermati dan menganalisis gambar, dan terakhir diskusi kelompok pembahasan gambar yang ditampilkan.

3. Tindakan yang akan dilaksanakan.
Konsepsi Teoritik : pembelajaran sosiologi selama ini kering dan kurang bermakna karena hanya menyajikan teori dan konsep sosial yang dijejalkan kedalam pikiran siswa dan kurang bersifat aplikatif. Dengan menyajikan pelajaran menggunakan model E Non E berusaha untuk menggunakan peristiwa-peristiwa sosial masyarakat sebagai sumber sekaligus laboratorium pembelajaran.

Dasar pemikiran pelaksanaan model pembelajaran E Non E adalah kesederhanaan dalam perencanaan, biaya murah, mudah dilaksanakan, namun dapat dikembangkan seluas-luasnya.

4. Prosedur Pelaksanaan
Penelitian terdiri dua siklus dengan materi kompetensi dasar yang berbeda. Pada siklus kesatu pembelajaran dilaksanakan dengan metoda tanya jawab dan informasi dari guru membahas beberapa foto atau gambar masalah sosial yang relevan dengan KD yang sedang dipelajari. Dari kegiatan pelaksanaan dicatat hasilnya oleh kolaborator untuk mengetahui seberapa besar efektifitas pembelajaran. Instrumen lain yang dipakai adalah : lembaran angket siswa, lks, instrumen test. Setelah siklus pertama selesai dilaksanakan refleksi bersama kolaborator yang bertujuan untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan proses pembelajaran dalam siklus pertama. Selanjutnya berdasarkan kelemahan-kelemahan yang ada pada siklus pertama, disusun rencana pelaksanaan siklus kedua. Rencana pada siklus kedua kurang lebih sama dengan siklus pertama perbedaannya hanya terletak pada sajian pembelajaran untuk meningkatkan tingkat pemahaman siswa. Setelah siklus kedua berakhir dilaksanakan refleksi akhir untuk mengetahui perbandingan keberhasilan dari kedua siklus yang telah dilaksanakan.

5. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan konsepsi teoritik dan prosedur pelaksanaan yang direncanakan, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
"Dengan penerapan model pembelajaran E Non E dapat meningkatkan prestasi belajar siswa terhadap mata pelajaran IPS (sosiologi)".

C. PROSEDUR PENELITIAN
1. Setting Penelitian
Sasaran penelitian ini direncanakan adalah kelas VII SMP Negeri 2 Panjatan, Kulon Progo pada semester satu tahun pelajaran 2008/2009. Adapun lama penelitian selama 6 bulan, dari pertengahan Mei 2008 sampai pertengahan Oktober 2008. KD yang akan dijadikan materi penelitian adalah : 1. Mendiskripsikan interaksi sebagai proses sosial. 2. Mengidentifikasi bentuk-bentuk interaksi sosial.

2. Prosedur
Penelitian ini direncanakan secara kolaboratif dengan sesama guru IPS dengan basis pendidikan yang berbeda. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
* Perencanaan
  1. Membuat RPP
  2. Mengumpulkan dan menyeleksi gambar/foto
  3. Membagi siswa menjadi beberapa kelompok
  4. Menyiapkan lembar observasi
  5. Menyiapkan lembar angket
  6. Menyiapkan lks
  7. Menyusun parangkat test.
  8. Kordinasi dengan kolaborator tentang pelaksanaan pembelajaran
* Implementasi
  1. Pelaksanaan tindakan bersifat fleksibel dan terbuka terhadap perubahan.
  2. Pelaksanaan Pre Test
  3. Pelaksanaan Pembelajaran
  4. Post Test
* Observasi dan monitoring
  1. Selama kegiatan pembelajaran siswa bertugas melaksanakan monitoring untuk mengamati partisipasi siswa dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan.
  2. Pengisian dan pengumpulan angket.
* Analisis dan Refleksi
  1. Peneliti bersama kolaborator secara bersama-sama menganalisis hasil yang tertulis pada lembar observasi dan memverifikasi dengan hipotesa tindakan.
  2. Kegiatan refleksi dilaksanakan dengan cara mendiskusikan hasil observasi antara peneliti dan kolaborator.
(berlanjut pada ...2)
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm




Minggu, 09 Mei 2010

PTK : PENINGKATAN MINAT BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MONOLOG ROLE PLAYING FOR DISCUSSION PADA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PANJATAN

Pelaksanaan Monolog Role Playing


Pelaksanaan Diskusi Kelompok


ABSTRAK

Penelitian tindakan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Monolog Role Playing for Discussion dalam meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran IPS. Salah satu faktor penting pemakaian model pembelajaran ini karena pada kompetensi dasar tentang masalah perpajakan perlu mendapat penekanan tertentu. Hal ini diperlukan karena apresiasi siswa SMP N 2 Panjatan mengenai masalah perpajakan masih rendah. Diharapkan dengan tingkat apresiasi yang baik terhadap permasalahan perpajakan dapat menjadi bekal hidup bermasyarakat.

Penelitian tindakan ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2009 pada kelas VIII SMP N 2 Panjatan Kulon Progo, dan dilaksanakan dalam dua siklus. Pelaksanannya melalui tahapan : menentukan kompetensi dasar masalah perpajakan, menyusun RPP tentang perpajakan, menentukan instrumen yang akan dipakai sebagai tolok ukur pencapaian, menentukan dan melaksanakan model pembelajaran Monolog Role Playing for Discussion yang dibagi menjadi tiga tahap : pelaksanaan bermain peran dan diskusi kelompok, analisa keberhasilan dan kekurangannya dan kesimpulan.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan model pembelajaran Monolog Role Playing for Discussion dapat meningkatkan minat belajar siswa kompetensi dasar perpajakan. Hal ini dapat dilihat dari hasil catatan observasi, peningkatan nilai pre tes maupun pos tes baik pada siklus kesatu maupun kedua maupun dari hasil angket siswa.


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Apabila kita mendalami pelaksanaan pembelajaran IPS di SMP saat ini ternyata ada beberapa kompetensi dasar IPS yang diharapkan mampu membekali siswa dalam kehidupan sosialnya di masyarakat nantinya. Penyampaian pada kompetensi-kompetensi dasar tertentu perlu mendapat penajaman dalam penyampaiannya dengan tujuan agar siswa mempunyai minat dsn tingkat pemahaman yang lebih baik dari nilai-nilai yang diharapkan dari kompetensi dasar tersebut. Oleh karena itu kreatifitas dan inovasi pembelajaran sangat dibutuhkan bagi guru-guru IPS.

Kompetensi Dasar tentang "Fungsi Pajak dalam Perekonomian Nasional" yang terdapat pada semester 2 kelas VIII, merupakan KD yang perlu mendapat penajaman dalam penyampaian kepada siswa. Hal tersebut sangat diperlukan mengingat pemahaman siswa tentang masalah perpajakan masih rendah. Diharapkan dengan pelaksanaan berbagai motivasi pembelajaran dapat menumbuhkan minat siswa untuk mempelajari masalah perpajakan sehingga suatu saat nanti diharapkan setelah bermasyarakat merupakan individu yang sadar tentang pentingnya masalah pajak bagi perekonomian negara.

Berdasarkan asumsi di atas, maka dilaksanakan penelitian tindakan ini. Dengan menggunakan metode "Monolog Role Playing for Discussion" kepada siswa disajikan beberapa contoh pelaku ekonomi yang juga merupakan anggota masyarakat dalam menghadapi dan melaksanakan kebijakan-kebijakan perpajakan pemerintah. Selanjutnya dari hasil pengamatan akan nampak berbagai perilaku sosial dari beberapa tokoh tersebut yang akan menjadi bahan diskusi kelompok siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan beberapa faktor yang menjadi latar belakang masalah dalam pembelajaran IPS Kelas VIII "Fungsi Pajak dalam perekonomian Nasional" dapat disajikan menjadi rumusan masalah sebagai berikut : "Apakah penerapan model pembelajaran Monolog Role Playing for Discussion dapat meningkatkan minat siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Panjatan terhadap mata pelajaran IPS".

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.

1. Tujuan : untuk mengetahui penggunaan model pembelajaran Monolog Role Playing for Discussion (MRPD) dalam meningkatkan minat siswa kelas VIII SMP N 2 Panjatan terhadap mata pelajaran IPS.
2. Manfaat : Bagi siswa, dapat mengembangkan ketrampilan berpikir siswa dalam memahami konsep-konsep IPS. Bagi guru, dapat membandingkan efektifitas dalam pemakaian berbagai metode pembelajaran. Bagi sekolah, peningkatan kinerja para guru yang akan meningkatkan prestasi belajar siswa.

D. Kajian Teori dan Pustaka

1. Kerangka Teoritik.
Motivasi : mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia (Dimyati : 1994, 175)
Minat : kecenderungan tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai rasa senang (Slameto, 1995, 57)
faktor psikologi anak : pada usia remaja anak berada pada masa yang disebut "masa operasi formal". Pada masa itu remaja telah berpikir dengan mempertimbangkan hal yang "mungkin" disamping hal yang "nyata". Pada masa usia remaja ini anak sudah dapat berpikir abstrak (Sunarto dan Agung Hartono : 2006, 104).

2. Model Pembelajaran
Pengertian model MRPD dapat dibagi kedalam dua pengertian utama yaitu "Monolog Role Playing" dan "Discussion". Metode role playing dapat diartikan suatu cara penguasaan bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankan tokoh hidup atau mati. Pelaksanaan role playing juga dapat dilakukan dengan mengangkat berita aktual yang terkait dengan pokok pembahasan, selanjutnya menunjuk dua orang atau lebih untuk memerankan karakter tokoh yang berbeda, keduanya berdialog, peserta lainnya menjawab, guru meminta pemeran untuk menceritakan perasaannya, guru meminta komentar siswa lainnya (M Nurdin, 2004 : 104-110
dalam http://Syaharudin, wordpress.com : 2)

Apabila bermain peran tersebut dimainkan seorang siswa dengan memerankan seorang tokoh yang mengutarakan sebagian pengalaman hidupnya kepada orang lain dengan cara melakukan pembicaraan dengan dirinya sendiri atau sebagai pelaku tunggal yang membawakan percakapan, maka hal tersebut merupakan pelaksanaan "monolog role playing"

Bagian kedua adalah pengertian "discussion" yang dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan belajar dengan melakukan pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai suatu permasalahan.Permasalahan-permasalahan yang dibahas adalah permasalahan yang dilontarkan pada saat pelaksanaan "role playing"

Metode MRPD dapat diartikan sebagai bentuk penggabungan antara pelaksanaan monolog role playing dan discussion. Hasil kegiatan pada saat role playing akan menjadi bahan diskusi kelompok. Hasil pembelajaran dari kegiatan pada saat monolog role playing dapat berupa berbagai macam sikap siswa terhadap tindakan para pelaku atau tokoh yang ditampilkan dalam kehidupan sosialnya. Sedang hasil kegiatan diskusi kelompok merupakan hasil tanggapan siswa terhadap kegiatan sosial yang dilakukan para pelaku atau tokoh dalam bermain peran.

Adapun langkah-langkah model pembelajaran MRPD dibagi dalam lima tahap : Pertama, merupakan perencanaan guru dengan menentukan beberapa tokoh dengan sikap dan watak yang bebeda dalam menanggapi masalah perpajakan. Kedua, memilih para siswa yang akan ditunjuk menjadi pemeran tokoh yang tertulis dalam skenario dengan berbagai sikap sosialnya yang berbeda dalam menanggapi masalah perpajakan. Tahap ketiga, merupakan pelaksanaan monolog yang dilakukan siswa yang telah ditunjuk guru sementara siswa lainnya memperhatikan dan mencocokkan atau menyesuaikan dengan sikapnya sendiri. Tahap keempat adalah pelaksanaan diskusi dengan materi yang ada dalam kegiatan role playing sebelumnya. Pada tahap keempat ini akan nampak berbagai tanggapan siswa yang merupakan hasil penyesuaian sikap tokoh/pelaku dalam role playing dengan sikap siswa/kelompok masing-masing. Tahap kelima berupa kesimpulan kelompok yang merupakan sikap kelompok terhadap beberapa masalah yang dilakukan para subjek pajak yang ditampilkan para tokoh.

Pelaksanaan model pembelajaran ini diharapkan dapat mengembangkan sikap siswa terhadap masalah-masalah perpajakan kearah sikap yang positif sehingga menjadi generasi yang sadar betapa pentingnya masalah perpajakan bagi kemajuan bangsa. Dengan menanamkan sikap positif sejak dini terhadap para siswa tentang masalah perpajakan diharapkan nantinya akan tumbuh menjadi generasi yang lebih baik pemahamannya terhadap masalah perpajakan.

3. Tindakan Yang Akan Dilakukan
a. Konsep Teoritik
Pelaksanaan model belajar MRPD merupakan pelaksanaan pembelajaran dengan menampilkan para siswa yang ditunjuk untuk memerankan tokoh-tokoh tertentu. Para siswa dalam menampilkan para tokoh tersebut berusaha untuk membawakan watak yang sebenarnya dari para tokoh. Berbeda dengan role playing pada umumnya, monolog role playing merupakan bentuk dialog seorang tokoh dalam menanggapi suatu permasalahan tertentu. Dari tampilan beberapa watak dan sikap tersebut akan menjadi bahan diskusi kelompok. Diharapkan akan muncul beberapa tanggapan dengan berbagai argumen yang disesuaikan dengan sikap masing-masing individu maupun kelompok.

b. Prosedur Penelitian
Penelitian yang akan dilaksanakan terdiri dua siklus dengan KD yang sama tetapi dengan materi yang berbeda. Pada siklus kesatu pembelajaran dilaksanakan dengan metode monolog role playing for discussion dengan materi "Cara Menghitung Besaran Pajak Proporsional". Dari kegiatan pelaksanaan pada siklus pertama dicatat hasilnya oleh guru kolaborator untuk mengetahui seberapa besar partisipasi siswa dalam pembelajaran. Instrumen lain yang dipakai untuk mengetahui minat siswa yaitu dengan membagikan angket kepada siswa. Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan tes/evaluasi akhir yang hasilnya akan dibandingkan dengan tes awal dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Setelah selesai kegiatan siklus pertama, kemudian dilaksanakan refleksi dengan guru kolaborator tentang kelemahan-kelemahan pelaksanaan siklus pertama.

c. Hipotesa Tindakan
Berdasarkan konsepsi teoritik dan prosedur pelaksanaan yang direncanakan, dapat dirumuskan hipotesa sebagai berikut : Apakah penerapan model pembelajaran Monolog Role Playing forDiscussion dapat meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran IPS.


BAB II
METODOLOGI PENELITIAN

A. Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini direncanakan secara kolaboratif dengan sesama guru IPS yang mempunyai latar belakang pendidikan formal IPS Sejarah dan Geogravi. Dilaksanakan dua siklus. Pada masing-masing akhir siklus dilaksanakan refeksi untuk mengetahui seberapa besar partisipasi siswa dalam pembelajaran. Dengan mengetahui tingkat partisipasi siswa tersebut selanjutnya akan dipakai sebagai ganbaran untuk mengetahui besarnya minat siswa terhadap pembelajaran. Adapun langkah-langkah perencanaan prosedur penelitian secara terinci adalah sebagai berikut :
  • Menyusun RPP
  • Menyusun scenario sebagai bahan pelaksanaan monolog role playing. Yang dimaksud disini adalah rancangan cerita atau kisah yang dialami para pelaku wajib pajak. Masing-masing siklus terdiri tiga skenario.
  • Menyiapkan siswa untuk membawakan skenario. Siswa yang dipilih untuk memerankan tokoh yang ada dalam skenario, diberikan teks terlebih dahulu untuk dipelajari dengan maksud agar pada waktu pelaksanaan benar-benar dapat menjiwai watak tokoh dalam skenario.
  • Membagi siswa satu kelas menjadi beberapa kelompok diskusi. Tiap kelompok diskusi mempunyai tugas untuk membahas sikap dari para tokoh / pelaku.
  • Kesimpulan kelompok
B. Subjek Penelitian
Sasaran penelitian adalah kelas VIII SMP Negeri 2 Panjatan, Kulon Progo pada semester 2 tahun pelajaran 2008/2009. Siswa yang menjadi subjek penelitian ini sebanyak 37 siswa yang terdiri laki-laki 20 siswa dan perempuan sebanyak 17 siswa.

C. Tehnik Pengumpulan Data
Data yang diperoleh merupakan data kualitatif dan kuantitatif. Data-data tersebut diperoleh dengan cara :
  1. Pelaksanaan Tes : dilaksanakan empat kali, pada saat siklus kesatu sebanyak dua kali (pre dan pos), dan dua kali pada siklus kedua (pre dan pos).
  2. Observasi : Observasi dilaksanakan oleh kolaborator sebanyak dua kali yaitu pada saat pelaksanaan siklus pertama dan kedua.
  3. Angket Siswa : dilaksanakan sebanyak dua kali yaitu pada akhir siklus pertama dan akhir siklus kedua.
D. Validasi Instrumen
Validasi dilaksanakan terhadap :
  1. Validasi Instrumen Tes. Dilaksanakan dengan cara sampel terhadap beberapa siswa. Siswa yang dipilih dapat dikelompokkan menjadi tiga berdasarkan kemampuannya, yaitu : siswa dari rangking atas diambil dua siswa, rangking sedang dua siswa, rangking rendah dua siswa. Kepada siswa disamping diberi lembaran soal yang akan divalidasi juga diberi daftar isian yang harus diisi berdasarkan hasil pengamatan pada lembar soal. Daftar isian dibuat secara sederhana dan untuk masing-masing soal siswa harus menjawab sebuah pertanyaan yang isi jawabannya berdasarkan skala sikap.
  2. Validasi Instrumen Observasi. Dilaksanakan dengan cara validasi teman sejawat yaitu antara peneliti dan kolaborator masing-masing memeberikan penilaian terhadap instrumen yang telah dibuat. Hasil penilaian dari dua belah pihak dijadikan pembahasan bersama dan selanjutnya disempurnakan secara bersama-sama pula. Penyempurnaan instrumen ditekankan pada ketepatan didalam mengukur kegiatan pembelajaran.
  3. Validasi Angket. Dilaksanakan hampir sama dengan validasi tes yaitu kepada para siswa dibagikan lembaran angket dan daftar isian. Pengisian daftar isian dilakukan setelah membaca lembaran angket. Perbedaannya dengan validasi tes ialah bahwa pelaksanaan validasi angket ini siswa diambil secara acak tanpa memperhitungkan tingkat kemampuan siswa.
D. Tehnik Analisa Data

1. Analisa Data Kualitatif
Yang termasuk data kualitatif adalah observasi dan penilaian siswa. Catatan-catatan observasi dibuat sejak awal kegiatan pembelajaran sampai dengan akhir pembelajaran. Catatan data pembelajaran yang jumlahnya cukup banyaktersebut diseleksi dan dikelompokkan. Hasil pengelompokan data ini dimasukkan kedalam lembar observasi. Catatan-catatan yang merupakan hasil dan tertuang dalam lembar observasi ini kemudian dibahas secara bersama.

Data kualitatif berikutnya diperoleh dari kegiatan penilaian yang dilaksanakan sebanyak empat kali. Penilaian pertama dilaksanakan sebelum kegiatan pembelajaran siklus kesatu, penilaian kedua dilaksanakan setelah kegiatan siklus kesatu. Antara penilaian pertama dan kedua ini dibandingkan dan hasilnya merupakan gambaran tingkat kemajuan (baca kualitas) pembelajaran pada siklus kesatu. Penilaian ketiga yang dilaksanakan sebelum siklus kedua juga dibandingkan dengan hasil penilaian keempat yang dilaksanakan setelah pembelajaran pada siklus kedua. Hasil perbandingan penilaian ketiga dengan keempat ini memberikan gambaran kemajuan (kualitas) pembelajaran pada siklus kedua.Selanjutnya prosentase kemajuan pada siklus pertama dibandingkan dengan prosentase kemajuan siklus kedua. Hasil perbandingan akan memberikan gambaran apakah perbaikan pembelajaran yang dilakukan pada siklus kedua oleh peneliti dapat tercapai atau tidak.

2. Data Kuantitatif.

Data kuantitatif yang dinanalisa adalah hasil angket. Lembaran angket yang terdiri dari beberapa pertanyaan diklasifikasikan berdasarkan sifat pertanyaan itu sendiri. Sedangkan hasil tiap pertanyaan diklasifikasi lagi menjadi tiga jenis skala sikap. Dari hasil skala sikap ini akan menunjukkan sikap siswa terhadap kegiatan pembelajaran, apakah siswa mempunyai minat yang besar, sedang atau rendah. Hasil komulatif dari seluruh siswa pada kelas tersebut terhadap seluruh pertanyaan merupakan tingkatan minat siswa terhadap kegiatan pembelajaran.


BAB III
LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian Pada Siklus Pertama

1. Hasil Observasi.
Kegiatan observasi pada siklus pertama berupa data-data yang cukup banyak. Dari data-data yang cukup banyak yang berhasil dikumpulkan oleh peneliti maupun kolaborator, untuk memudahkan akhirnya dirangkum dalam sebuah tabelyang berisi tentang delapan pertanyaan dan dapat dikembangkan sesuai kebutuhan. Penilaian tiap pertanyaan dilakukan berdasarkan pemberian skor. untuk pertanyaan nomor 1 s/d 6 dibagi dalam 3 klasifikasi. Klasifikasi A apabila prosentase rata-rata siswa yang melaksanakan indikator pertanyaan bersangkutan sebesar 86% s/d 100%. Klasifikasi B apabila prosentasenya sebesar 70% s/d 85%. Klasifikasi C apabila prosentasenya sebesar 56% s/d 69%, klasifikasi D apabila prosentasenya sebesar 41 s/d 55%, klasifikasi E apabila prosentasenya sebesar 0% s/d 40%.

Dari hasil observasi pada siklus kesatu berhasil dikumpulkan data-data sebagai berikut:
  • Indikator 1 : kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran mencapai bobot A yang berarti tingkat partisipasi siswa mencapai 86% s/d 100%.
  • Indikator 2 : tingkat perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran mencapai bobot A dengan tingkat partisipasi 86 s/d 100%.
  • Indikator 3 : keaktifan siswa dalam usahanya untuk menguasai materi, mencapai bobot B yang berarti tingkat partisipasi mencapai 70% s/d 85%.
  • Untuk indikator 4,5, dan 6 yang merupakan indikator tanggapan siswa terhadap pertanyaan guru, menanggapi pertanyaan temannya sendiri serta dalam mengemukakan gagasan, mencapai bobot B dengan tingkat partisipasi sebesar 70% s/s 100%.

2. Hasil Penilaian
Hasil pre tes pada siklus pertama diperoleh hasil sebagai berikut : tiga orang siswa memperoleh nilai skor 20, tiga siswa memperoleh nilai 30, duapuluh siswa memperoleh nilai 40, delapan siswa memperoleh nilai 50, Jumlah nilai mencapai 1470 dan rata-rata nilai 39,73. Hasil pos tes pada siklus pertama diperoleh hasil sebagai berikut : satu siswa memperoleh nilai 30, satu siswa memperoleh nilai 40, enam siswa memperoleh nilai 50, limabelas siswa memperoleh nilai 60, delapan siswa memperoleh nilai 70, enam siswa memperoleh nilai 80, Jumlah nilai yang dicapai 2310 dengan rata-rata nilai 62,43.

Tingkat kenaikan pada siklus 1 adalah : tiga siswa tidak mengalami kenaikan (nilainya sama antara pres tes dengan pos tes), lima siswa mencapai kenaikan nilai 10, empat belas siswa mencapai kenaikan nilai 20, sembilan siswa mencapai kenaikan nilai sebesar 30, enam siswa mencapai kenaikan nilai 40. Adapun jumlah kenaikan nilai sebesar 840 dan rata-rata tiap siswa mencapai kenaikan sebesar 22,70.

3. Hasil Angket.
Angket dilaksanakan setelah pelaksanaan siklus pertama, Jawaban angket merupakan skala sikap terdiri 3 jawaban aspek minat. Jawaban A : apabila merasa pembelajaran sangat besar manfaatnya bagi siswa, jawaban B : apabila pembelajaran bermanfaat bagi ssiwa, jawaban C : apabila pembelajaran kurang bermanfaat bagi siswa. Pertanyaan yang diberikan sejumlah 6 pertanyaan meliputi aspek minat dalam mengikuti pembelajaran, pemahaman materi, suasana kelas, minat bertanya, minat menjawab pertanyaan, dan minat mengikuti pembelajaran berikutnya.

Adapun hasinya sebagai berikut
  • Pertanyaan 1 "Minat saya dalam mengikuti pelajaran" : 31 siswa (83,78%) menjawab B, 6 siswa (16,22%) menjawab C (kurang bermanfaat).
  • Pertanyaan 2 "Materi pelajaran mudah dipahami atau tidak" : 18 siswa (48,65%) menjawab B (mudah dipahami), 19 siswa (51.35%) menjawab C (sulit dipahami).
  • Pertanyaan 3 "Keadaan kelas selama pembelajaran" : 5 siswa (13,51 %) menjawab B (mendukung pembelajaran), 32 siswa (86,49%) menjawab C (kurang mendukung).
  • Pertanyaan 4 "Minat saya dalam mengajukan pertanyaan" : sebanyak 23 siswa (62,16%) menjawab B (berminat), 14 siswa (37,84%) menjawab C (kurang berminat).
  • Pertanyaan 5 "Minat saya dalam menjawab pertanyaan" : 18 siswa (46,65%) menjawab B (berminat)19 siswa (51,35%) menjawab C (kurang bermunat).
  • Pertanyaan 6 "Minat dalam mengikuti pelajaran berikutnya" : 23 siswa (62,16%) menjawab B (berminat), 14 siswa (37,16%) menjawab C (kurang berminat).
B. Hasil Penelitian Pada Siklus Kedua

1. Hasil Observasi
Berdasarkan hasil observasi pada siklus pertama terdapat beberapa kelemahan selama kegiatan pembelajaran, maka pada pelaksanaan siklus kedua kelemaham-kelemahan tersebut diusahakan untuk diminimalisir agar bisa mencapai hasil maupun tujuan yang diharapkan.

Kelemahan pertama terjadi pada saat pelaksanaan monolog role playing, siswa yang diberi tugas untuk memerankan tokoh-tokoh yang ada dalam skenario cerita kurang bisa membawakan secara mendalam watak para tokoh yang ada dalam cerita. Hal ini disebabkan kurang mendalamnya penjiwaan para siswa terhadap isi skenario. Untuk memperbaiki kelemahan tersebut dalam pelaksanaan siklus kedua, yaitu dengan cara lebih selektif dalam memilih siswa yang akan diberi tugas untuk memerankan tokoh-tokoh cerita tersebut. Siswa yang diberi tugas untuk memerankan sebaiknya dipilih yang bisa memerankan watak tertentu, diantaranya watak jujur, sederhana, egois, pembohong, sabar, ulet atau watak-watak lain yang sesuai tuntutan skenario.

Kelemahan kedua terdapat pada rancangan skenario itu sendiri. Susunan skenario pada siklus pertama kurang bisa menampilkan watak dari para tokoh yang ada dalam skenario. Rancangan skenario pada siklus pertama sangat dangkal, kering dan kurang tajam dalam menampilkan sikap para pelaku. Untuk memperbaikinya maka pada siklus kedua penampilan watak dari para pelaku yang ada dalam skenario cerita lebih dipertajam dengan cara lebih banyak menampilkan tindakan para pelaku dalam menyikapi kebijakan perpajakan.

Kelemahan ketiga pada pelaksanaan siklus pertama terjadi pada saat pelaksanaan diskusi kelompok. Banyak peserta diskusi yang bersifat statis dalam menanggapi permasalahan yang menjadi bahan diskusi. Berdasarkan hasil pengamatan hal itu terjadi karena pada saat kegiatan monolog role playing siswa lainnya tidak diberi skenario sehingga tidak dapat secara maksimal memberikan pengamatan terhadap sikap para pelaku yang ada dalam skenario cerita. Untuk memperbaikinya maka pada pelaksanaan monolog role playing pada siklus kedua disamping siswa yang memperagakan peran maka siswa lain juga diberikan rancangan skenario.

Berdasarkan catatan yang ada dalam lembaran observasi maka dapat disampaikan hasil yang dicapai pada siklus kedua sebagai berikut :
  • Indikator 1 "Kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran" : mencapai bobot A dengan tingkat partisipasi siswa 86% s/d 100%.
  • Indikator 2 "Perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran" : mencapai bobot B dengan tingkat partisipasi 70% s/d 85%.
  • Indikator 3 "Pertanyaan dari siswa tentang materi" : mencapai bobot B dengan partisipasi siswa 70% s/d 85%.
  • Indikator 4 "Menjawab/menanggapi pertanyaan guru" : mencapai bobot A dengan tingkat partisipasi siswa 86% s/d 100%.
  • Indikator 5 "Menanggapi jawaban atau pertanyaan teman" : mencapai bobot B dengan tingkat partisipasi siswa mencapai 70% s/d 85%.
  • Indikator 6 " Menyampaikan gagasan atau pendapat" : mencapai bobot B dengan tingkat partisipasi siswa mencapai 70% s/d 85%.
2.Hasil Pelaksanaan Penilaian.
Hasil nilai yang diperoleh dari pre tes adalah sebagai berikut : dua siswa memperoleh nilai 10, dua siswa memperoleh nilai 20, lima siswa memperoleh nilai 30, tujuh siswa memperoleh nilai 40, delapan siswa memperoleh nilai 50, sepuluh siswa memperoleh nilai 60, dua siswa memperoleh nilai 70, satu siswa memeperoleh nilai 80.

Sedangkan hasil pos tes sebagai berikut : satu siswa memperoleh nilai 40, satu siswa memperoleh nilai 50, enam siswa memperoleh nilai 60, sembilan siswa memperoleh nilai 70, tujuh belas siswa memperoleh nilai 80, dua siswa memperoleh nilai 90.

Tingkat kenaikan hasil nilai dari siklus kedua adalah : lima siswa tidak mengalami kenaikan, empat siswa naik 10%, dua belas siswa mencapai tingkat kenaikan 20%, delapan siswa mencapai tingkat kenaikan 30%, dua siswa mencapai tingkat kenaikan 40%, dua siswa mencapai kenaikan 50%, dua siswa mencapai kenaikan 70%.

3. Hasil Angket
Dari hasil pelaksanaan angket pada siklus 1 masih tedapat dua kelemahan.Kelemahan pertama terdapat pada indikator yang akan dipakai untuk mengukur sikap siswa. Indikator yang terdapat pada instrumen angket kurang berhasil dalam mengukur sikap siswa. Oleh karena itu dalam pelaksanaan angket pada siklus kedua ditambah dengan dua indikator sehingga menjadi delapan indikator pencapaian.

Adapun hasil angket pada siklus kedua adalah sebagai berikut :
  • Pertanyaan no 1 "Minat siswa dalam mengikuti pelajaran" : sebanyak 30 siswa menyatakan sikap A (sangat berminat/bermanfaat), 7 siswa memilih B (bermanfaat) dan tidak ada yang memilih C. Prosentase jawaban A sebesar 81,08%, dan jawaban B sebesar 18,92%.
  • Pertanyaan no 2 "Materi pelajaran menjadi mudah dipahami atau tidak" : sebanyak 12 siswa menjawab A (sangat mudah dipahami), 25 siswa menjawab B (mudah dipahami) dan jawaban C tidak ada. Prosentase jawaban A sebesar 32,43% dan jawaban B 67,57%.
  • Pertanyaan no 3 "Suasana kelas dalam pembelajaran" : sebanyak 14 siswa menjawab A (sangat mendukung), 22 siswa menjawab B (mendukung) dan jawaban C tidak ada. Prosentase jawaban A sebesar 37,84%, jawaban B sebesar 59,46%.
  • Pertanyaan no 4 "Minat saya dalam mengajukan pertanyaan" : sebanyak 9 siswa menjawb A (sangat berminat), 28 siswa menjawab B (berminat) dan tidak ada jawaban C. Prosentase jawaban A sebesar 24,32%, jawaban B sebesar 75,68%.
  • Pertanyaan no 5 "Minat saya dalam menjawab pertanyaan" : sebanyak 13 siswa menjawab A (sangat berminat), 24 siswa menjawab B (berminat) dan siswa yang menjawab C tidak ada. Prosentase jawaban A sebesar 35,14% dan jawaban B sebesar 64,86%.
  • Pertanyaan no 6 "Minat saya dalam mengikuti pelajaran berikutnya" : sebanyak 25 siswa menjawab A, 12 siswa menjawab B dan tidak ada yang menjawab C. Prosentase jawaban A sebesar 67,57% dan jawaban B sebesar 34,04%.
  • Pertanyaan nomor 7 " Sebelum pembelajaran saya tidak tahu manfaat pajak" : sebanyak 10 siswa menjawab A (sangat bermanfaat/lebih mengetahui), 25 siswa menjawab B (bermanfaat/mengetahui) dan 2 siswa menjawab C (kurang bermanfaat/tidak mengetahui).
  • Pertanyaan no 8 "Setelah pembelajaran saya lebih mengetahui manfaat pajak" : sebanyak 31 siswa menjawab A (sangat bermanfaat/lebih mengetahui), 2 siswa menjawab B (bermanfaat/mengetahui)dan 4 siswa menjawab C (kurang bermanfaat/kurang mengetahui). Prosentase jawaban A 83,78%, jawaban B 5,40% dan jawaban C sebesar 10,81%.
C. Analisis Hasil Penelitian

1. Analisis Hasil Observasi
Dari hasil observasi pada siklus pertama yang dilakukan peneliti bersama kolaborator, terdapat beberapa kelemahan pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Kelemahan-kelemahan tersebut terjadi pada saat perencanaan pembelajaran maupun pelaksanaannya.

Kelemahan yang terjadi pada saat perencanaan meliputi penyusunan skenario untuk monolog role playing dan penyusunan instrumen angket. Sedangkan kelemahan yang terjadi pada saat pelaksanaan, siswa yang diberi tugas untuk memerankan tokoh cerita kurang bisa menjiwai watak dari tokoh tersebut. Didalam pelaksanaan diskusi banyak peserta diskusi yang tidak/belum bisa memfokuskan perhatiannya pada materi diskusi.

Kelemahan dalam perencanaan maupun dalam pelaksanaan pembelajaran tersebut ternyata setelah dianalisa ada saling keterkaitan. Penyusunan skenario yang kurang baik dan persiapan waktu yang sangat singkat dari para siswa yang diberi tugas untuk menjadi pemeran monolog akan menghasilkan action yang kurang baik. Selanjutnya pelaksanaan monolog yang kurang baik dan persiapan diskusi yang kurang matang akan mengakibatkan pelaksanaan diskusi menjadi kurang terarah pada permasalahannya atau banyak siswa yang menjadi anggota kelompok diskusi kurang terlibat dalam kegiatan diskusi.

Untuk memperbaiki pelaksanaan siklus kedua maka dilakukan perbaikan-perbaiakn baik menyangkut perencanaan kegiatanmaupun rancangan pelaksanaannya. Apabila dalam siklus pertamapenampilan watak tokoh cerita belum begitu baik, maka pada siklus kedua penampilan watak dari tokoh lebih dipertajam dengan cara lebih menampilkan sikap para pelaku yang mungkin bersifat jujur, sederhana, manipulatif, egois, atau sikap-sikap lainnya.

Pada siklus pertama kegiatan diskusi kurang terarah, yaitu banyak siswa yang terlibat dalam kegiatan diskusi kurang mengerti permasalahan yang didiskusikan. Hal ini terjadi karena pada saat kegiatan monolog role playing para siswa tersebut kurang bisa menangkap dengan jelas skenario yang diperankan para siswa pelaku ceritera. Ketidakjelasan dalam menangkap isi ceritera bisa disebabkan karena dua permasalahan yaitu : pertama karena siswa yang diberi tugas menjadi pemeran kurang berhasil, kedua pada saat kegiatan monolog pada siswa yang lain tidak dibagikan skenario ceritera.

Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, pertama siswa yang diberi tugas untuk memerankan tokoh pelaku harus dipersiapkan lebih matang dengan pemilihan siswa yang tepat dan mampu membawakan peran tokoh tertentu serta memeberi kesempatan lebih lama untuk mempelajarinya. Disamping itu pada saat pelaksanaan monolog siswa yang lain diberi rancangan ceritera.

Kegiatan yang dilakukan pada siklus kedua, berdasarkan hasil observasi dapat berlangsung dengan baik. Berdasarkan data hasil observasi kegiatan monolog berjalan dengan baik dibanding kegiatan pada siklus pertama, penampilan watak tokoh ceritera lebih nampak terlihat. Disamping itu pada saat pelaksanaan diskusi tidak nampak lagi anggota diskusi yang mengalami kebingungan dalam pelaksanaan pembahasan. Berdasarkan data instrumen observasi nampak pula terjadi kenaikan tingkat partisipasi siswa dalam menjawab atau menanggapi pertanyaan guru yaitu bobot nilai 86% s/d 100%.

Kelemahan yang nampak pada siklus kedua adalah pada saat penyimpulan hasil diskusi. Masing-masing wakil anggota kelompok tidak bisa mengutarakan / menyampaikan tanggapan dari kesimpulan kelompok lain karena keterbatasan waktu yang ada.

2.. Analisis Hasil Penilaian.
Hasil penilaian merupakan data-data kuantitatif yang biasanya dipakai untuk mengetahui tingkat pemahaman dan prestasi siswa. Namun secara logika bahwa hasil penilaian yang baik dihasilkan dari perencanaan, pelaksanaan dan minat belajar yang baik pula.

Berdasarkan asumsi di atas, maka dapat disampaikan bahwa hasil penilaian yang dilaksanakan sebanyak empat kali dalam dua siklus kegiatan belajar, telah menghasilkan perkembangan kegiatan belajar yang meningkat dari para siswa. Dapat kita catat terjadi peningkatan prestasi/nilai siswa. Peningkatan pertama dapat kita lihat dengan membandingkan hasil pre tes dengan pos tes pada siklus pertama. Peningkatan kedua dapat kita lihat dengan membandingkan hasil penilaian pre tes dengan pos tes pada siklus kedua. Peningkatan ketiga yaitu hasil selisih nilai yang kita peroleh dari perbandingan peningkatan nilai pada siklus pertama dengan siklus kedua.

Dari hasil penilaian akan nampak data-data sebagai berikut :
  • Perbandingan Hasil Penilaian Siklus 1. Hasil pre tes sebesar 39,73% sedangkan hasil pos tes sebesar 62,43%. Hasil peningkatan sebesar 22,70%.
  • Perbandingan Hasil Penilaian Siklus 2. Hasil pre tes sebesar 47,50%, sedangkan hasil pos tes sebesar 74,17%. Peningkatan sebesar 26,67%.
  • Selisih Nilai antara siklus 1 dengan siklus 2. Hasil yang diperoleh dengan cara membandingkan perkembangan nilai yang dicapai pada siklus pertama dengan siklus kedua akan memberi gambaran terjadinya perbaikan proses pembelajaranyang dilakukan pada siklus kedua. Pada siklus pertama perkembangannya sebesar 22,70%, sedang pada siklus kedua sebesar 26,67% sehingga perkembangan kegiatan belajar pada siklus kedua dibanding siklus pertama sebesar 3,97%.
3. Analisis Hasil Angket
Dari rekapitulasi hasil angket setelah pelaksanaan siklus 1 terhadap 6 buah pertanyaan yang diajukan diperoleh data-data sebagai berikut : 23 siswa menjawab A (sangat bermanfaat). 109 siswa menjawab B (bermanfaat) dan 115 siswa menjawab C (kurang bermanfaat). Jumlah komulatif pilihan adalah 222, oleh itu prosentase untuk jawaban A sebesar 10,36%, jawaban B sebesar 49,10% dan jawaban C sebesar 51,80%.

Dari rekapitulasi hasil angket setelah pelaksanaan pembelajarn siklus 2 terhadap 6 pertanyaan yang diajukan, diperoleh data-data sebagai berikut : 90 siswa memilih jawaban A (sangat bermanfaat), 105 siswa memilih jawaban B (bermanfaat) dan 1 siswa memilih jawaban C (kurang bermanfaat). Jumlah komulatif pilihan sama dengan siklus 1 yaitu sebesar 222, sehingga prosentase untuk jawaban A sebesar 40,54%, jawaban B sebesar 47,30%, jawaban c sebesar 0,90%.

Dari dua kali pelaksanaan angket pada akhir siklus pertama dan kedua, dapat disimpulkan tingkat efektifitas perbaikan kegiatan pembelajaran pada siklus 2 dibandingkan siklus 1 menurut pendapat siswa adalah :
  1. Siswa menjawab sangat bermanfaat : (10,36 + 40,54) : 2 X 100% = 25,45%
  2. Siswa menjawab bermanfaat : (49,10 + 47,30) : 2 X 100% = 48,20%
  3. Siswa menjawab kurang bermanfaat : (51,80 + 0,90) : 2 X 100% = 26,35%
Berdasarkan hasil angket pada akhir siklus 1 dan akhir siklus 2, dapat disimpulkan tingkat efektifitas perbaikan kegiatan pembelajaran pada siklus 2 dibandingkan siklus 1 menurut pendapat siswa adalah sebagai berikut :
  1. Tingkat kenaikan pilihan jawaban A (sangat bermanfaat) : 40,54% - 10,36% = 30,18%.
  2. Tingkat kenaikan pilihan jawaban B (bermanfaat) : 47,30% - 49,80% = -2,5%.
  3. Tingkat kenaikan pilihan jawaban C (kurang bermanfaat) : 0,9% -51,80% = - 50,9%.
Dari data-data di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan bermanfaat bagi siswa dan kegiatan perbaikan pembelajaran yang dilakukan pada siklus 2 cukup efektif sehingga dapat meningkatkan minat siswa.

Pada pelaksanaan angket yang ke 2 kepada siswa diberikan pertanyaan tambahan mengenai pemahaman manfaat pajak. Hasil jawaban pertanyaan no 7 siswa menjawab sebagai berikut : 10 siswa (27,02%) menjawab sangat bermanfaat, 25 siswa (67,57%) menjawab bermanfaat dan 2 siswa (5,41%) menjawab ragu-ragu. Sedang hasil jawaban pertanyaan no 8 adalah : 31 siswa (83,78%) menjawab sangat bermanfaat, 2 siswa (5,40%) menjawab bermanfaat, dan 4 siswa (10,81%) menjawab kurang bermanfaat. Dari hasil jawaban tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran cukup efektif untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap masalah perpajakan.


BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model pembelajaran MRPD yang dilaksanakan melalui dua kali siklus akhirnya dapat disimpulkan :
  1. Pelaksanaan tindakan dapat meningkatkan minat belajar siswa. Hal ini terlihat dari hasil observasi, evaluasi maupun angket.
  2. Pelaksanaan tindakan dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Hal ini terlihat dari hasil observasi, evaluasi maupun angket.
  3. Pelaksanaan tindakan dapat melengkapi pemakaian model pembelajaran khususnya bagi peleksanaan pembelajaran IPS di SMP dengan KD tentang masalah perpajakan.
B. Saran
Pada akhir tulisan ini peneliti akan menyampaikan saran kepada :
  1. Teman sejawat, khususnya guru-guru IPS di SMP agar lebih aktif dalam usaha menerapkan berbagai metode maupun model - model pembelajaran yang bersifat inovatif agar kualitas pembelajaran dapat agarmeningkat.
  2. Sekolah, Dinas Pendidikan Kabupaten/Propinsi, LPMP maupun Depdiknas agar lebih meningkatkan perhatiannya terhadap perkembangan mata pelajaran non ujian nasional agar dapat mengimbangi perkembangan mata pelajaran ujian nasional.
  3. Lembaga Pendidikan Guru, agar lebih banyak membekali para mahasiswanya dengan memperkaya penyampaian mata kuliah metodologi dan strategi pembelajaran serta melakukan uji coba terhadap model-model pembelajaran yang baru dengan harapan agar nantinya dapat diterapkan di sekolah-sekolah di tempat merekabertugas sehingga dapat memotivasi dan menyegarkan ilmu kepada para guru yang telah lama bertugas.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standar Nasional Pendidikan, (2006), Model Pembelajaran IPS Terpadu, Departemen Pendidikan Nasional.

Depdiknas, Balitbang Puskur (2007), Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPS.

Dimyati, (1994), Belajar dan Pembelajaran, Jakarta

Syaharudin, Syaharudin , WordPress.com

Slameto, (1995), Belajar dan Faktor - Faktor yang mempengaruhi, Edisi Revisi, Jakarta, PT Rineka Cipta.

Sunarto, Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta, Rineka Cipta.

Winkel, WS, (1987), Psikologi Pengajaran, Jogjakarta, Kanisius.





Penyampaian Penghitungan Pajak (PPh, PPN, PBB)


SELESAI










































Pantai Glagah terus berbenah

Alat keruk yang selalu siap bertugas

Kantor UPTD Pengolahan Ikan di Dermaga Glagah

Apa yang kita jumpai di pantai Glagah sekarang !
Selain sejak dahulu memang sudah terkenal sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Kulon Progo yang terletak di bibir pantai sebelah barat yang masuk wilayah desa Glagah. Di pantai timurnya sekarang sedang dibangun dan disiapkan penjadi pelabuhan dermaga bagi kapal - kapal ikan berukuran besar. Begitu kita sampai di sebelah timur jembatan Glagah yang masuk kawasan desa Karangwuni kita segera berbelok ke arah selatan, kurang lebih 500 m kearah selatan kita akan menjumpai kantor UPTD Penangkapan Ikan, berjalan ke arah barat kita akan masuk pada lingkungan bangunan yang cukup besar, itulah bangunan dermaga penangkapan ikan yang kita maksud, dan apabila kita berjalan lagi kearah bibir pantai di selatan kita akan segera menjumpai pilar - pilar bangunan pemecah ombak dan sebuah alat keruk tertambat di muara. Sebuah pemikiran menggelitik benak kita, akankah mampu pilar - pilar pemecah ombak itu menahan gerusan air laut, apalagi kalau mengingat bahwa labilitas tanah pasir di daerah ini sangat tinggi. Semoga saja usaha ini bisa berhasil .... Amin...


Pilar Bangunan Pemecah Ombak yang sedang dikerjakan